Pentagon AS Sebut ISIS Melebihi Teroris


Negeri Paman Sam ternyata menyimpan kekhawatiran yang besar terhadap kelompok yang kali pertama muncul dengan nama ISIS (Islamic State of Iraq and Syam) yang dikomandani Abu Bakr al-Baghdady tersebut.

Kamis waktu setempat (21/8), Pentagon menyatakan, IS masih menjadi ancaman yang sangat nyata. Bukan bagi Iraq saja, tetapi juga bagi AS dan Negara-Negara Barat. Selain memiliki strategi tempur yang bagus, IS mempunyai pemasok senjata dan dana yang bisa diandalkan.

Ketika harus berhadapan dengan AS di Iraq, IS melancarkan agresi di Syria melalui perbatasan.

"Sewaktu-waktu, mereka (IS di Iraq dan Syria) bisa bergabung kembali dan melancarkan serangan bersama yang skalanya jauh lebih besar," ungkap Menteri Pertahanan AS Chuck Hagel dalam pertemuan dengan para petinggi militer di Pentagon.

Di mata politikus 67 tahun itu, IS bukan sekadar kelompok militan atau teroris biasa. Karena itu, AS pun membutuhkan strategi khusus untuk menghadapi IS.

"Ini tidak seperti (teroris) yang biasa kami hadapi. Karena itu, kami harus siap menghadapi kemungkinan apa pun," ungkap Hagel.

Tetapi, dia tidak menyebutkan apakah serangan udara atas Syria menjadi taktik yang bakal AS pilih untuk mematahkan serangan IS atau tidak. Dia menyebut IS sebagai kelompok militan yang mengawinkan ideologi teror dengan strategi tempur yang rumit dan taktik militer yang ampuh.

Selain Hagel, pertemuan di Departemen Pertahanan AS itu juga dihadiri Kepala Staf Gabungan Jenderal Martin Dempsey. Petinggi angkatan darat (AD) yang sudah beberapa kali bertugas di Iraq itu menegaskan, IS memang berbeda dengan teroris atau ekstremis pada umumnya.

Bahkan, menurut dia, IS tidak bisa dihentikan. Satu-satunya cara untuk menyetop kekejian IS adalah dengan menumpas mereka.

"Ini (IS) adalah kelompok yang beraksi tanpa ampun dan tidak akan menyerah hingga akhir. Jadi, kita harus mengalahkan mereka," kata Dempsey.

Karena itu, menurut dia, AS juga harus menyerang IS di Syria. Sebab, menumpas IS di Iraq saja tidak akan membuat kelompok teror tersebut lemah. Sebaliknya, kekalahan di Iraq akan membuat IS di Syria semakin kuat dan akhirnya akan kembali ke Iraq.


Dalam kesempatan itu, Hagel dan Dempsey membahas pembunuhan keji jurnalis foto AS James Foley. Tanpa ampun, algojo IS memenggal kepala pria 40 tahun tersebut. Bahkan, IS merekam aksi biadab itu dan menyebarluaskan di internet.

Teror tersebut membuat AS dan sekutu Eropanya ngeri. Negara-Negara Barat lantas membahas uang tebusan demi keselamatan warga mereka yang kini menjadi tawanan IS.

Bersamaan dengan itu, Syrian Observatory for Human Rights (SOHR) melaporkan, bentrokan militan IS dan pasukan Syria telah mengakibatkan sedikitnya 70 nyawa melayang.

Dalam waktu sekitar 48 jam, pertempuran sengit di wilayah utara Provinsi Raqa itu telah memorak-porandakan salah satu basis militer Syria tersebut.

"Sedikitnya 70 militan IS tewas sejak bentrokan Rabu pagi (20/8)," kata Rami Abdel Rahman, direktur SOHR di Syria. Dia menyatakan bahwa dalam serangan tersebut, pasukan Syria mengerahkan sejumlah jet tempur, rudal Scud, dan sejumlah bom.

Itu merupakan serangan perdana militer Syria terhadap IS sejak sebulan terakhir. (AP/AFP/CNN)

Alasan ISIS tertarik pada Lady Al-Qaeda


Pesan militan Islamic State of Iraq and Syam (ISIS) cukup jelas.

"Kalian diberi banyak kesempatan merundingkan pembebasan oran-orang kalian melalui transaksi tunai, karena pemerintah lain menerima," tulis ISIS.

"Kami juga telah menawarkan pertukaran tahanan dengan salah satu saudara kami, Dr Aafia Siddiqui, namun kalian tidak tertarik," lanjut pesan itu.

Pesan dikirim ke bos James Foley, jurnalis AS yang digorok militan ISIS, dan disampaikan ke pemerintah AS.

Pers Barat menyebut tawaran ISIS adalah permainan gambit paling berani. Foley, selain wartawan, bukan siapa-siapa. Aafia Siddiqui pernah menyandang status wanita paling dicari di dunia, dan pers AS menjulukinya Lady Al-Qaeda.

Muncul pertanyaan, mengapa ISIS tertarik kepada Aafia Siddiqui, ibu berusia 42 tahun yang didakwa melakukan sesuatu yang tidak pernah diperbuatnya; merencanakan serangan 11 September 2001.

Aafia Siddiqui
Aafia Siddiqui lahir di Karachi, Pakistan, dari keluarga kelas menengah. Ibunya bertugas di parlemen Pakistan. Ayahnya dokter lulusan Inggris.

Siddiqui belajar di Universitas Houston, Texas. Ia pindah ke Massachusetts untuk mengambil gelar PhD bidang neuroscience di Universitas Brandels.

Bersama Amjad Mohammed, suaminya, Siddiqui meninggalkan AS setelah serangan 11 September 2001 untuk kembali ke Karachi pada musim panas 2002.

Saat masih di AS, Siddiqui dan suaminya sempat diinterogasi FBI mengenai pemberian peralatan night vision dan pelindung tubuh seharga enam ribu dolar AS. Keduanya mengatakan peralatan itu untuk berburu.

Akhir 2002, Siddiqui dan Mohammed bercerai. Bencana bagi Siddiqui dimulai. Mohammed mengatakan dirinya prihatin dengan pandangan ekstrem mantan istrinya.

"Saya akhirnya tahu Siddiqui memiliki pandangan ekstrem, dan saya menduga dia terlibat kegiatan jihad," ujar Mohammed.

Siddiqui menikah lagi dengan Ammar al-Baluchi, keponakan Khalid Sheikh Mohammed -- yang dituduh merencanakan serangan Al-Qaeda di New York dan Washington.

Keluarga Siddiqui menyangkal pernikahan itu, dan menuduh intelejen AS mengarang cerita.

Laporan lain menyebutkan Siddiqui dan Balluchi menikah. Balluchi ditahan di Guantanamo sejak 2003. Tiga tahun kemudian Balluchi mengaku satu dari dua orang yang membiayai serangan 11 September.

Maret 2003, Siddiqui dan tiga anaknya menghilang setelah FBI mengumumkan sedang mencarinya untuk diinterogasi soal suami pertamanya.

Siddiqui juga disebut oleh Khalid Sheikh Mohammed, yang disiksa habis-habisan setelah ditangkap AS di Rawalpindi, awal Maret 2003. Belakangan terbukti CIA melakukan cara paling keji saat menginterogasi orang-orang yang 'disangka' pelaku serangan 11 September.



Muncul perdebatan apa yang terjadi dengan Siddiqui selama lima tahun menghilang. Beberapa percaya dia ditahan pihak berwenang Pakistan. Keluarganya yakin Siddiqui ditahan pihak AS di sebuah penjara rahasia di Bagram, Afghanistan.

Mantan suaminya yakin Siddiqui dan anak-anaknya menghabiskan hari-harinya di Pakistan, di bawah pengawasan Inter-Services Intelligence (ISI).

Tahun 2008, Siddiqui tiba-tiba muncul di Propinsi Ghazni, Afghanistan. Ia ditangkap dengan dokumen berbagai dokumen soal senjata kimia dan peledak. Ada catatan tertulis tentang rencana serangan massal di AS.

Siddiqui mengakhiri perjalanannya di penjara AS. Ia dikenakan berbagai tuduhan; mulai dari merencanakan serangan teror, sampai berupaya membunuh interogator AS di Afghanistan.

Ia dijatuhi hukuman 86 tahun penjara, dan dkini mendekam di Penjara Federal Medical Center di Carswell, Texas -- tempat tahanan perempuan. Ia tercatat sebagai tahanan bernomor 90279-054 yang akan bebas tahun 2083.

Ada banyak spekulasi mengapa ISIS tertarik dengan Siddiqui. Dr Farzana Shaikh, ilmuwan Pakistan yang bermukim di London, yakin kelompok militan di Pakistan meminta ISIS menukar Foley-Siddiqui, dengan imbalan Dr Shakil Afridi -- dokter CIA yang ditugaskan mencari Osama bin Ladin dan ditangkap di Pakistan.

Michael Kugelman, pakar Asia Selatan, mengatakan keinginan ISIS mendapatkan Siddiqui mengisyaratkan ada elemen Pakistan di jajaran petinggi militan itu.

Sebelumnya, Taliban Afghanistan juga meminta pembebasan Siddiqui dengan imbalan Bowe Berghdahl -- sersan AS yang ditahan selama lima tahun.

Kemungkinan paling masuk akal adalah ISIS menggunakan Siddiqui untuk menjangkau semua komunitas Islam garis keras untuk bergabung. ISIS tidak sekadar butuh uang untuk perang, tapi sumber daya. Nama Siddiqui cukup memiliki daya tarik.

Di pihak keluarga Siddiqui, Fowzia Siddiqui terus mengkampanyekan pembebasaan kakanya karena tidak bersalah. Fowzia menyebut Aafia kini menjadi simbol ketidak-adilan Barat terhadap umat Islam di seluruh dunia.

Alasan ISIS tertarik pada Lady Al-Qaeda?


Pesan militan Islamic State of Iraq and Syam (ISIS) cukup jelas.

"Kalian diberi banyak kesempatan merundingkan pembebasan oran-orang kalian melalui transaksi tunai, karena pemerintah lain menerima," tulis ISIS.

"Kami juga telah menawarkan pertukaran tahanan dengan salah satu saudara kami, Dr Aafia Siddiqui, namun kalian tidak tertarik," lanjut pesan itu.

Pesan dikirim ke bos James Foley, jurnalis AS yang digorok militan ISIS, dan disampaikan ke pemerintah AS.

Pers Barat menyebut tawaran ISIS adalah permainan gambit paling berani. Foley, selain wartawan, bukan siapa-siapa. Aafia Siddiqui pernah menyandang status wanita paling dicari di dunia, dan pers AS menjulukinya Lady Al-Qaeda.

Muncul pertanyaan, mengapa ISIS tertarik kepada Aafia Siddiqui, ibu berusia 42 tahun yang didakwa melakukan sesuatu yang tidak pernah diperbuatnya; merencanakan serangan 11 September 2001.

Aafia Siddiqui
Aafia Siddiqui lahir di Karachi, Pakistan, dari keluarga kelas menengah. Ibunya bertugas di parlemen Pakistan. Ayahnya dokter lulusan Inggris.

Siddiqui belajar di Universitas Houston, Texas. Ia pindah ke Massachusetts untuk mengambil gelar PhD bidang neuroscience di Universitas Brandels.

Bersama Amjad Mohammed, suaminya, Siddiqui meninggalkan AS setelah serangan 11 September 2001 untuk kembali ke Karachi pada musim panas 2002.

Saat masih di AS, Siddiqui dan suaminya sempat diinterogasi FBI mengenai pemberian peralatan night vision dan pelindung tubuh seharga enam ribu dolar AS. Keduanya mengatakan peralatan itu untuk berburu.

Akhir 2002, Siddiqui dan Mohammed bercerai. Bencana bagi Siddiqui dimulai. Mohammed mengatakan dirinya prihatin dengan pandangan ekstrem mantan istrinya.

"Saya akhirnya tahu Siddiqui memiliki pandangan ekstrem, dan saya menduga dia terlibat kegiatan jihad," ujar Mohammed.

Siddiqui menikah lagi dengan Ammar al-Baluchi, keponakan Khalid Sheikh Mohammed -- yang dituduh merencanakan serangan Al-Qaeda di New York dan Washington.

Keluarga Siddiqui menyangkal pernikahan itu, dan menuduh intelejen AS mengarang cerita.

Laporan lain menyebutkan Siddiqui dan Balluchi menikah. Balluchi ditahan di Guantanamo sejak 2003. Tiga tahun kemudian Balluchi mengaku satu dari dua orang yang membiayai serangan 11 September.

Maret 2003, Siddiqui dan tiga anaknya menghilang setelah FBI mengumumkan sedang mencarinya untuk diinterogasi soal suami pertamanya.

Siddiqui juga disebut oleh Khalid Sheikh Mohammed, yang disiksa habis-habisan setelah ditangkap AS di Rawalpindi, awal Maret 2003. Belakangan terbukti CIA melakukan cara paling keji saat menginterogasi orang-orang yang 'disangka' pelaku serangan 11 September.



Muncul perdebatan apa yang terjadi dengan Siddiqui selama lima tahun menghilang. Beberapa percaya dia ditahan pihak berwenang Pakistan. Keluarganya yakin Siddiqui ditahan pihak AS di sebuah penjara rahasia di Bagram, Afghanistan.

Mantan suaminya yakin Siddiqui dan anak-anaknya menghabiskan hari-harinya di Pakistan, di bawah pengawasan Inter-Services Intelligence (ISI).

Tahun 2008, Siddiqui tiba-tiba muncul di Propinsi Ghazni, Afghanistan. Ia ditangkap dengan dokumen berbagai dokumen soal senjata kimia dan peledak. Ada catatan tertulis tentang rencana serangan massal di AS.

Siddiqui mengakhiri perjalanannya di penjara AS. Ia dikenakan berbagai tuduhan; mulai dari merencanakan serangan teror, sampai berupaya membunuh interogator AS di Afghanistan.

Ia dijatuhi hukuman 86 tahun penjara, dan dkini mendekam di Penjara Federal Medical Center di Carswell, Texas -- tempat tahanan perempuan. Ia tercatat sebagai tahanan bernomor 90279-054 yang akan bebas tahun 2083.

Ada banyak spekulasi mengapa ISIS tertarik dengan Siddiqui. Dr Farzana Shaikh, ilmuwan Pakistan yang bermukim di London, yakin kelompok militan di Pakistan meminta ISIS menukar Foley-Siddiqui, dengan imbalan Dr Shakil Afridi -- dokter CIA yang ditugaskan mencari Osama bin Ladin dan ditangkap di Pakistan.

Michael Kugelman, pakar Asia Selatan, mengatakan keinginan ISIS mendapatkan Siddiqui mengisyaratkan ada elemen Pakistan di jajaran petinggi militan itu.

Sebelumnya, Taliban Afghanistan juga meminta pembebasan Siddiqui dengan imbalan Bowe Berghdahl -- sersan AS yang ditahan selama lima tahun.

Kemungkinan paling masuk akal adalah ISIS menggunakan Siddiqui untuk menjangkau semua komunitas Islam garis keras untuk bergabung. ISIS tidak sekadar butuh uang untuk perang, tapi sumber daya. Nama Siddiqui cukup memiliki daya tarik.

Di pihak keluarga Siddiqui, Fowzia Siddiqui terus mengkampanyekan pembebasaan kakanya karena tidak bersalah. Fowzia menyebut Aafia kini menjadi simbol ketidak-adilan Barat terhadap umat Islam di seluruh dunia.

Warga Arab di Israel Rayakan Kemenangan Hamas


Warga keturunan Arab yang bermukim di Israel, Jumat (29/8) malam, menggelar pesta bertajuk Gaza Won.

Bendera Palestina menghiasi pertemuan. Haneen Zoabi, anggota parlemen Israel (Knesset) yang sempat disisihkan, hadir bersama lebih 2.000 warga keturunan Arab di Israel.

Beberapa yang hadir membawa spanduk bertuliskan; "Kami akan mendukung Gaza." "Kamenangan Gaza adalah Liburan Kami.'

Zoabi berpidato; "Tidak ada kehebatan militer yang mampu mengalahkan keinginan hidup sebuah bangsa."

Israel, masih menurut Zoabi seperti dikutip Yedioth Ahronoth, harus tahu kehebatan mereka tidak akan bisa menundukan rakyat Palestina.

Acara ini diselenggarakan Follow-Up Committee for Arab Citizens of Israel. Selain Zoabi, hadir pula dua pemimpin gerakan Islam di Israel.

Acara dimulai dengan hening cipta, dan doa bersama bagi rakyat Gaza yang tewas selama pemboman brutal oleh Israel. Tidak disebutkan apakah sepanjang pesta kepolisian Israel mengawasi.

Bangsa Maya Usir Yahudi dari Guatemala


Bangsa Maya di Guatemala, Jumat (29/8), mengusir komunitas Yahudi Orthodox dari sebuah desa di luar Guatemala City -- ibu kota Guatemala.

"Mereka harus pergi," ujar Miguel Vazquez, juru bicara para tetua Bangsa Maya.

"Kami mengusir mereka sebagai tindakan membela diri dan melindungi hak-hak kami sebagai masyarakat adat," lanjutnya seperti dikutip kantor berita AFP.

Pengusiran terjadi setelah pertemuan seluruh anggota Lev Tahor, nama komunitas Yahudi Orthodox itu, dengan para tetua Bangsa Maya. Kedua kelompok bersitegang, sampai akhirnya para tetua Bangsa Maya mengancam akan menghukum mati semua anggota Lev Tahor jika tidak meninggalkan San Juan La Laguna -- desa yang terletak 150 kilometer sebelah barat Guatemala City.

Para tetua Maya menuduh Lev Tahor menghindari penduduk desa, menolak berbaur, tidak menghormati kearifan lokal, dan memaksakan adat-istiadat mereka.

Usai pertemuan, seluruh anggota Lev Tahor kembali ke rumah masing-masing dan mengemasi barang-barangnya. Tetua Maya dan masyarakat desa mengawasi.

"Kami kelompok cinta damai. Untuk menghindari insiden tak diinginkan, kami harus segera pergi," ujar Misael Santos, salah satu anggota Lev Tahor.

Menurut Santos, anggota Lev Tahor memiliki hak berada di Guatemala, tapi penduduk desa mengancam hukuman mati tanpa pengadilan jika seluruh angota komunitas tidak pergi.

Lev Tahor adalah kelompok Yahudi Orthodox yang mempraktekan bentuk keras Yudaisme. Mereka hanya akan makan roti dan meminun anggur yang mereka buat. Mereka beribadah dua kali sehari, dengan mengucapkan ayat-ayat Taurat dengan sangat keras.

Kelompok ini dibentuk tahun 1980-an oleh Shlomo Helbrans, seorang warga Israel. Helbrans membawa kelompoknya ke AS di awal 1990-an, dan bermukim di Williamsburg, sebuah kantong Yahudi Ultra-Orthodox di Brooklyn.

Helbrans terlibat penculikan seorang bocah yang berusaha dijadikan pengikutnya. Ia dihukum dua tahun, dan dideportasi ke Israel. Dari Tel Aviv, Helbrans membawa pengikutnya ke Quebec, Kanada.

Di Quebec, Lev Tahor membuat ulah lagi. Mereka terusir. Kelompok mereka terpecah-pecah. Sebagian mencapai Trinidad dan Tobago, lainnya ke Guatemala.

Helbrans tidak ingin kembali ke Israel, karena negara itu dinggap tidak memiliki validitas relijius. Pemerintah Israel menyebut mereka Jews Taliban, atau Yahudi Taliban.

Sumber lain mengatakan banyak anggota Lev Tahor lebih dulu tinggal di Guatemala, yaitu sekitar enam tahun. Namun sebagian besar baru tiba di San Juan La Laguna, Maret 2014.

Beberapa anggota Lev Tahor berharap mereka bisa tinggal di desa lain di Guatemala. Namun besar kemungkinan mereka mencari negara yang menjamin mereka bebas mempraktekan Yudaisme.


Haaretz: Imperium Israel Menuju Kehancuran



Penulis Israel di harian Haaretz menganggap operasi militer yang dilancarkan zionis berakhir terbalik, Israel kalah dan hengkang dari Gaza.

Perang terakhir menjadi bukti kekalahan Israel yang disebut penulis tersebut, bahwa imperium Israel mulai berakhir, dan saat ini tengah menuju kehancuran, seperti halnya imperium terdahulu, yang tak akan bertambah lagi.

Penulis zionis dalam makalahnya yang dilansir Haaretz, Jumat (29/8) menyebutkan bahwa upaya Benyamin Netanyahu mencari alasan atas kegagalannya dalam agresi ke Gaza hanya sebagai pembelaan diri dan meracuni militer zionis dengan mempersenjatai mereka dengan ribuan system pertahanan "Iron Dome".

Amer Oren, penulis zionis di Haaretz menyebutkan, dua bulan lalu, Netanyahu mewacanakan pemisahan Gaza dari Tepi Barat, dan saat ini terpaksa menyambut Brigade Daiton milik Otoritaws Palestina pimpinan Mahmud Abbas, yang disebutnya sebagai brigade Amerika, seperti Jendral Ghalub Basha di Yordania tahun 1950-an, yang mengembalikan ide jalan aman yang menghubungkan antara bagian Palestina dengan tekanan internasional untuk mendirikan Negara Palestina.

Menurut Oren, Netanyahu bukan inisiator, sejak terpilih sebagai PM, ia melanjutkan perundingan OSLO yang digagas PM sebelumnya, Yizthak Samir, Yitzhak Rabin dan Simon Peres.

Saat terpilih untuk kedua kalinya, ia melanjutkan langkah yang telah dicapai Ehud Barak, Ariel Sharon dan Ehud Olmert.

Ditambahkannya, imperium "Israel" telah berakhir, saat ini tengah menuju kehancuran, seperti halnya imperium terdahulu yang tak akan bertambah.

Dalam konteks ini, Oren menyebutkan, perang terakhir di Gaza merupakan bukti kelima selama rentang 10 tahun kekalahan Israel, dan hengkang dari kawasan Palestina, termasuk di Libanon tahun 2006 lalu.

Menurutnya, Netanyahu menuai kritikan yang intinya bahwa Israel tak siap menanggung beban tanggungjawab terhadap 2 juta warga Palestina di Gaza, artinya ia mendukung pemisahan dari Gaza, dan operasi militer berakhir secara terbalik.

Penulis menyebutkan, Gaza sendiri menjadi roket Hawn yang mengancam tetangganya, tak ada satu kekuatan militer yang mampu meledakan roket ini.

Disebutkannya, operasi "Curahan Peluru" mendorong Hamas mengali terowongan, dan perang mendatang akan mendorong para cendikiawan Hamas mengembangkan roket "Darat-Laut" yang untuk pertama kalinya menyasar ladang gas zionis di lepas pantai.

Penulis menyebutkan, operasi syahid yang digelar Hamas tahun 1996 lalu membuat Netanyahu berhasil mengalahkan Peres dalam pemilu, namun untuk pemilu mendatang, dua tembakan rudal dan 3 roket Hawn, Netanyahu dengan mudah dikalahkan rivalnya. (*pip)

Meshaal: “Ini Bukan Perang Terakhir”


Khaled Mashaal, pemimpin Hamas, mengatakan perang di Jalur Gaza yang baru saja berakhir dengan gencatan senjata tidak akan menjadi konflik bersenjata terakhir melawan Israel.

"Itu bukan perang terakhir, tapi satu titik pencapaian tujuan kami," ujar Mashaal.

"Kami tahu Israel kuat dan dibantu komunitas internasional, tapi kami tidak ingin membatasi impian kami dan mengkompromikan tuntutan kami," lanjutnya dalam konferensi pers di Dona, ibu kota Qatar.

Menurut Mashaal, upaya Israel memblokade Jalur Gaza gagal total. Kegagalan itu membuat Israel memaksakan perang kepada Hamas.

"Perang ini membuat warga Palestina kian dekat ke Jerusalem, Masjid Al Aqsa, dan tempat-tempat suci lainnya," demikian Mashaal.

Yang juga lebih penting, masih menurut Mashaal, perang di Jalur Gaza memperlihatkan kegagalan teori penangkalan dan pemindahan pertempuran ke jantung Israel.

"Front internal Israel menjadi tidak aman. Pada saat sama kemampuan intelejen Zionis melemah," ujar Mashaal.

Mashaal juga menyebut kemenangan di Jalur Gaza bukan sekadar kemenangan Hamas, tapi kemenangan Palestina secara keseluruhan. Warga Palestina di mana pun adalah partner.

"Warga Palestina yang tidak terlibat dalam perang, akan ambil bagian dalam pembangunan kembali Jalur Gaza, menyediakan kembali properti kepada wara," kata Mashaal.

Inilah Poin-poin Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza


Israel dan Palestina sepakat dengan usulan Mesir untuk mengakhiri gencatan senjata di Gaza setelah 50 hari peperangan yang menewaskan lebih dari 2.100 nyawa warga Palestina--sebagian besar di antaranya adalah penduduk sipil.

Di bawah ini adalah poin-poin kesepakatan antara Israel dengan Palestina. Demikian diberitakan Reuters.

Poin-Poin Gencatan Senjata

* Hamas dan kelompok-kelompok lain di Gaza sepakat untuk untuk menghentikan serangan rudal ke wilayah Israel.

* Israel menghentikan semua aksi militer, termasuk serangan darat dan udara.

* Israel sepakat untuk membuka jalur perbatasan dengan Gaza untuk memperlancar pengiriman barang-barang, bantuan kemanusiaan, bahan-bahan bangunan. Ini juga merupakan bagian dari kesepakatan gencatan senjata pada 2012 yang tidak pernah terimplementasi.

* Mesir sepakat membuka jalur perbatasan sepanjang 14 kilometer di Rafah.

* Otoritas Palestina akan mengambil alih administrasi di perbatasan-perbatasan Gaza dari Hamas. Dengan kesepakatan ini, Israel dan Mesir dapat memastikan pencegahan masuknya persenjataan dan amunisi ke Gaza. Kedua negara juga akan mengawasi impor konstruksi material seperti semen dan besi baja untuk memastikan bahwa barang-barang tersebut digunakan untuk membangun perumahan alih-alih untuk basis militer Hamas.

* Otoritas Palestina juga akan memimpin koordinasi upaya rekonstruksi Gaza yang akan dibantu oleh sejumlah donor internasional, termasuk di antaranya adalah Uni Eropa, Qatar, Turki, Norwegia.

* Israel akan mempersempit "security buffer" (wilayah terlarang bagi warga Palestina di sepanjang dan di dalam perbatasan Gaza) dari 300 meter menjadi 100 meter jika gencatan senjata dapat bertahan. Kesepakatan ini memungkinan warga Palestina untuk memperluas lahan pertanian di wilayah perbatasan.

* Israel akan memperluas batas penggunaan laut untuk kepentingan ekonomi warga Gaza dari tiga mil menjadi dua kali lipatnya. Palestina sendiri menginginkan ekses penuh selebar 12 mil sesuai dengan hukum internasional.

Kemudian di sisi lain, kedua pihak juga sepakat untuk mendiskusikan persoalan-persoalan yang lebih kompleks melalui perundingan tidak langsung dalam satu bulan ke depan. Berikut ini persoalan yang akan dirundingkan kemudian

* Tuntutan Hamas kepada Israel untuk melepaskan ratusan tahanan Palestina yang ditangkap menyusul pembunuhan terhadap tiga pemuda Yahudi pada bulan Juni. Hamas sendiri pada awalnya membantah keterlibatan terhadap pembunuhan itu, namun pada pekan lalu seorang pejabat senior Hamas di Turki mengakui bahwa kelompoknya memang bertanggung jawab.

* Tuntutan Presiden Otoritas Palestina, Mahmoud Abbas, terhadap Israel untuk melepaskan tahanan yang pembebasannya ditangguhkan akibat kegagalan perundingan kedua belah pihak.

* Tuntutan Hamas untuk pembangunan pelabuhan di Gaza yang memudahkan aktivitas impor-ekspor warga Palestina. Israel sejak lama menolak rencana tersebut namun sikap tersebut dapat berubah jika ada jaminan keamanan. Gaza sendiri merupakan titik penting perdagangan internasional di wilayah timur Mediterania.

* Tuntutan Hamas untuk pencairan dana yang akan digunakan untuk membayar 40.000 polisi dan pegawai negeri sipil yang dari akhir tahun lalu sampai saat ini belum dibayarkan. Dana gaji pegawai pemerintah itu dibekukan oleh Otoritas Palestina.

* Tuntutan Israel mengenai "demiliterisasi" penuh Gaza. PBB dan Uni Eropa mendukung permintaan tersebut namun Hamas dengan tegas menolaknya.

* Tuntutan pembangunan kembali bandar udara di Gaza bernama Yasser Arafat International yang pada tahun 2000 lalu dihancurkan oleh Israel.

Pahlawan Aceh Jadi Nama Ruang RS di Gaza


Dua nama pahlawan nasional asal Aceh, Tgk Chik Di Tiro Muhammad Saman, dan Tjoet Nyak Dhien, ditabalkan menjadi ruangan rawat inap Rumah Sakit Indonesia, di Jalur Gaza, Palestina.

"Kami sudah minta dua ruangan di RS MerC indonesia untuk ditabalkan dua nama pahlawan nasional asal Aceh itu," kata Presidium MerC Indonesia, Sarbini Murad, di Jakarta, Rabu.

Hal itu dia sampaikan di sela-sela penyerahan bantuan masyarakat Aceh senilai Rp6,3 miliar kepada rakyat Palestina. Dana bantuan "Aceh untuk Gaza" itu dikumpulkan pemerintah Provinsi Aceh dan SKH Serambi Indonesia.

Gubernur Aceh, Zaini Abdullah, mengatakan, masyarakat daerahnya merasa terpanggil memberikan bantuan kemanusiaan kepada rakyat Gaza yang sedang menghadapi agresi militer zionis Israel.

"Tragedi kemanusiaan juga pernah terjadi di Aceh, saat tsunami 26 Desember 2014 dan banyak perhatian orang dari berbagai negara untuk meringankan rakyat kita. Jadi kita juga harus merasakan kepahitan yang dirasakan rakyat Palestina," katanya.


Rakyat Aceh masih berduka dengan berbagai kekerasan dan pembunuhan yang terjadi di Palestina. Persoalan Palestina adalah masalah internasional yang membutuhkan langkah-langkah penyelesaian politik dan diplomasi internasional.

Meski demikian, kata dia masih ada cara lain untuk membantu meringankan beban penderitaan yang dialami rakyat Palestina.

"Cara yang dilakukan masyarakat Aceh, selain berdoa juga urung rembuk mengumpulkan sumbangan guna meringankan beban rakyat Palestina yang saat ini masih terjebak dalam situasi konflik," kata Abdullah. (ANT)


Palestina Tidak Akan Lucuti Senjata Hamas


Pemerintah Palestina pimpinan Presiden Mahmoud Abbas menolak tuntutan Israel untuk melucuti senjata Gerakan Hamas sebagai salah satu syarat gencatan senjata.

"Palestina tetap akan bertahan dan menolak tuntutan Israel melucuti senjata pejuang-pejuang kemerdekaan hingga berdirinya negara Palestina berdaulat dengan perbatasan 1967," kata Juru Bicara Gerakan Fatah, Ahmad Assaf, dalam wawancara dengan koran Mesir Al Ahram di Ramallah, Tepi Barat, Palestina, Selasa.

Assaf merujuk pada seruan yang telah berulang kali dilontarkan oleh Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan tekanan dari juru runding Israel untuk melucuti senjata Hamas sebagai syarat mutlak gencatan senjata permanen di Jalur Gaza.

Hamas yang menguasai Jalur Gaza tidak dilibatkan langsung dalam perundingan gencatan senjata di Kairo yang dimediasi Mesir.

Israel sejauh ini menolak berunding langsung dengan Hamas karena menganggap Hamas -- faksi Palestina yang menguasai Jalur Gaza itu -- sebagai "kelompok teroris".

Perundingan tidak langsung untuk gencatan senjata tersebut hanya melibatkan Israel dan delegasi dari Tepi Barat yang dikuasai faksi Fatah pimpinan Presiden Mahmoud Abbas.

Tepi Barat dan Jalur Gaza adalah dua kantong Palestina yang dipisahkan oleh wilayah Israel.

Sejak agresi militer Israel ke Gaza pada 8 Juli silam telah digelar empat kali perundingan gencatan senjata di Kairo, namun selalu mengalami jalan buntu.

Israel terus melancarkan serangan udara, darat dan laut ke Gaza dengan dalih sebagai balasan atas tembakan roket rakitan ke wilayah Israel oleh Brigade Ezzeddin Al Qassam, sayap militer Hamas.

Kantor berita Palestina, WAFA, melaporkan, sedikitnya 13 warga sipil Palestina tewas, enam di antaranya anak-anak dan tiga wanita, dalam serangan militer Israel pada Selasa pagi (26/8).

Tercatat lebih dari 2.357 orang Palestina tewas sejak serangan Israel pada 8 Juli lalu.

Di pihak Israel sedikitnya 67 warga Yahudi tewas, 64 di antaranya adalah tentara Israel.

Disebutkan, sebagian besar tentara Yahudi yang tewas itu akibat baku tembak dengan pejuang Hamas saat Israel secara sporadis melancarkan serangan darat. (*ant)

Palestina Tidak Akan Lucuti Senjata Hamas


Pemerintah Palestina pimpinan Presiden Mahmoud Abbas menolak tuntutan Israel untuk melucuti senjata Gerakan Hamas sebagai salah satu syarat gencatan senjata.

"Palestina tetap akan bertahan dan menolak tuntutan Israel melucuti senjata pejuang-pejuang kemerdekaan hingga berdirinya negara Palestina berdaulat dengan perbatasan 1967," kata Juru Bicara Gerakan Fatah, Ahmad Assaf, dalam wawancara dengan koran Mesir Al Ahram di Ramallah, Tepi Barat, Palestina, Selasa.

Assaf merujuk pada seruan yang telah berulang kali dilontarkan oleh Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan tekanan dari juru runding Israel untuk melucuti senjata Hamas sebagai syarat mutlak gencatan senjata permanen di Jalur Gaza.

Hamas yang menguasai Jalur Gaza tidak dilibatkan langsung dalam perundingan gencatan senjata di Kairo yang dimediasi Mesir.

Israel sejauh ini menolak berunding langsung dengan Hamas karena menganggap Hamas -- faksi Palestina yang menguasai Jalur Gaza itu -- sebagai "kelompok teroris".

Perundingan tidak langsung untuk gencatan senjata tersebut hanya melibatkan Israel dan delegasi dari Tepi Barat yang dikuasai faksi Fatah pimpinan Presiden Mahmoud Abbas.

Tepi Barat dan Jalur Gaza adalah dua kantong Palestina yang dipisahkan oleh wilayah Israel.

Sejak agresi militer Israel ke Gaza pada 8 Juli silam telah digelar empat kali perundingan gencatan senjata di Kairo, namun selalu mengalami jalan buntu.

Israel terus melancarkan serangan udara, darat dan laut ke Gaza dengan dalih sebagai balasan atas tembakan roket rakitan ke wilayah Israel oleh Brigade Ezzeddin Al Qassam, sayap militer Hamas.

Kantor berita Palestina, WAFA, melaporkan, sedikitnya 13 warga sipil Palestina tewas, enam di antaranya anak-anak dan tiga wanita, dalam serangan militer Israel pada Selasa pagi (26/8).

Tercatat lebih dari 2.357 orang Palestina tewas sejak serangan Israel pada 8 Juli lalu.

Di pihak Israel sedikitnya 67 warga Yahudi tewas, 64 di antaranya adalah tentara Israel.

Disebutkan, sebagian besar tentara Yahudi yang tewas itu akibat baku tembak dengan pejuang Hamas saat Israel secara sporadis melancarkan serangan darat. (*ant)

Diduga Rekayasa, Video Pemenggalan Foley Janggal?


James Wright Foley alias Jim tidak akan menjadi pekerja media terakhir yang meregang nyawa di tangan militan Negara Islam alias Islamic State (IS). Pria 40 tahun itu barangkali juga tidak akan menjadi warga Amerika Serikat (AS) terakhir yang kembali ke tanah airnya dalam kantong mayat.

***

Ahli forensik menduga video pemenggalan jurnalis Amerika Serikat, James Foley oleh algojo ISIS direkayasa, karena ada yang janggal. Namun, mereka tetap percaya Foley sudah tewas dieksekusi algojo Negara Islam Irak dan Suriah itu.

Hingga kini, masyarakat internasional masih ramai membicarakan video pembunuhan Foley yang beredar sejak 19 Agustus. Bukan hanya adegan yang dianggap sadis yang membuat YouTube menghapus video tersebut dari situs mereka, tetapi juga aksen Inggris sang algojo.

Belakangan, berkembang informasi bahwa pria yang berpakaian serba hitam itu bukan oknum pemenggal kepala Foley.

Aki Peritz mengungkapkan, adanya kemungkinan bahwa IS yang dulu dikenal dengan nama ISIS (Islamic State) mengedit video tersebut.

Mantan pengamat antiteror pada Badan Intelijen Pusat AS (CIA) itu tidak yakin algojo yang hanya membawa sebilah pisau kecil tersebut menebas kepala Foley. Setidaknya, pemenggalan itu tidak terjadi segera setelah Foley menyampaikan pesan terakhirnya.

Mungkin, menurut dia, algojo yang kabarnya berasal dari Inggris itu memang membunuh jurnalis foto lepas Global Post tersebut. Tetapi, Peritz hampir pasti yakin bahwa bukan algojo itu yang memisahkan kepala Foley dari tubuhnya.

Sebelum muncul gambar mengerikan yang menunjukkan mayat korban, layar tiba-tiba menjadi hitam selama beberapa detik, katanya sebagaimana dilansir Washington Post Jumat (22/8).


Selain kejanggalan pada adegan pemenggalan, Peritz juga mengungkap fakta lain yang makin membuat dia tidak yakin bahwa algojo Inggris itu memenggal Foley.

Pakaian dan tangan algojo tersebut sangat bersih saat mendampingi (Steven Joel) Sotloff dalam rangkaian video itu, ungkap penulis buku Find, Fix, Finish: Inside the Counterterrorism Campaigns that Killed bin Laden and Devastated Al Qaeda.

Sotloff juga merupakan jurnalis AS yang saat ini mereka sandera. Dalam video itu, disebutkan bahwa nyawa Sotloff bergantung pada langkah AS dalam menyikapi sepak terjang ISIS di Iraq.

Bisa jadi, menurut Peritz, video tentang Sotloff tersebut dibuat sebelum pemenggalan Foley. Bahkan, adegan itu mungkin direkam pada hari yang berbeda.

Kelompok IS yang sebelum menjadi ISIS dikenal sebagai Al Qaeda Iraq itu sudah banyak berubah. Kini mereka lebih modern serta melek teknologi dan paham cara mengedit video, paparnya.

Dalam artikelnya, Peritz menyatakan, ISIS memang ingin menyita perhatian dunia agar keinginan mereka tercapai. Apalagi, sebelum akhirnya memenggal Foley, mereka berkorespondensi lewat e-mail dengan orang tua korban.

Dalam rangkaian surat elektronik itu, mereka menyebutkan harga yang harus dibayar untuk nyawa Foley. Yakni, uang tebusan atau kesepakatan politik dengan Washington.

Perusahaan forensik, yang meminta syarat anonim, ketika hasil analisisnya dipublikasikan itu tidak bisa menyimpulkan keabsahan video pemenggalan Foley, meski mereka tetap percaya jurnalis AS itu sudah tewas dieksekusi.

Aymenn al-Tamimi, seorang analis Timur Tengah mengatakan, selama bertahun-tahun militan ISIS telah meningkatkan kualitas produksi video mereka. Dengan demikian, dugaan ada rekayasa dalam video itu sangat mungkin.


Muslim Uighur di Xinjiang: Ketika Jenggot dan Jilbab Menjadi Bencana


Di luar sebuah masjid di Kashgar, seorang ulama -- yang ditunjuk pemerintah untuk berbicara kepada wartawan -- mencoba tak menjawab pertanyaan mengapa generasi muda Muslim Uighur tidak memiliki jenggot?

Seorang wartawan lokal, ditengarai berasal dari Aksu -- kota oasis di Propinsi Xinjiang -- habis kesabaran, dan berteriak; "Mengapa Anda tidak mengatakan kebenaran kepada pemerintah?

Semua terdiam. Ulama itu menunduk sejenak. Wartawan itu berteriak lagi. "Jawabannya adalah karena pemerintah melarang jenggot."

Tak lama kemudian seorang polisi berpakaian preman menghardik wartawan itu; "Hati-hati dengan perkataan Anda."

Insiden di atas lebih dari cukup untuk menggambarkan ketegangan antara Muslim Uighur (baca: wi-gurs) dan pemerintah Tiongkok. Ketegangan itu terasa di pedesaan, yang dijadikan medan pertempuran penting bagi Partai Komunis Tiongkok (PKT) untuk menghapus identitas kebangsaan dan agama masyarakat Uighur.

Sedikitnya seratus orang menemui ajalnya dalam 18 bulan terakhir. Jumlah korban yang lebih besar diperkirakan akan terjadi dalam beberapa bulan ke depan.

Identitas yang hendak dihapus dari masyarakat Uighur saat ini adalah jenggot bagi laki-laki, dan jilbab serta busana full-lenght longgar bagi perempuan.

Larangan ini bukan baru, tapi dicoba dipaksakan pada tahun ini. Di Urumqi, misalnya, pihak berwenang menyita 1.265 hijab dan 259 jilbab, dan pakaian bergambar bintang dan bulan sabit. Aparat keamanan juga melarang 82 anak mempelajari Alquran.

Semua larangan ini bukan tanpa kritik. Banyak pihak memperkirakan tindakan represif ini akan menimbulkan kemarahan massal Muslim Uighur. Beijing sedang meradikalisasi pemeluk Islam.

Kritik lebih keras lagi, Beijing sengaja menciptakan radikalisasi di Xinjiang agar punya alasan untuk melakukan pembantaian, dan memaksa Muslim Uighur mencopot identitas keagamaannya.


Joanne Smith Finley, pakar Uighur di Newcastle University, mengatakan larangan berjenggot dan mengenakan jilbab hanya akan membuat Muslim Uighur menjadi lebih Islami.

"Jenggot dan jilbab adalah perintah Rasul. Semakin dilarang, akan semakin banyak orang yang nekad melanggar," ujar Finley.

Tiongkok, masih menurut Finley, sebenarnya sendang menumbuhkan terorisme -- sesuatu yang tidak pernah ada sebelumnya. Beijing juga sedang memaksa terjadinya radikalisme Islam.

Pemerintah Tiongkok menghormati kebebasan beragama, tapi secara sistematis menargetkan jenggot dan jilbab -- simbol-simbol kesalehan relijius -- sebagai sesuatu yang dilarang.

Kepolisian Tiongok juga merayap jauh ke sendi kehidupan sehari-hari masyarakat Uighur, dan menimbulkan ketegangan.

Xinjiang Daily melaporkan Beijing tidak hanya melarang jenggot, tapi juga semua ritual pernikahan dan pemakaman secara Islam. Tidak boleh ada tahlilan usai kedua mempelai ijab kabul.

Di pemakaman, tidak boleh ada kenduri setelah masyarakat memakamkian keluarga atau tetangga yang meninggal dunia. Pokoknya, tidak boleh lagi ada tradisi-tradisi keagamaan dalam pemakaman.

Di Turpan, pemerintah lokal sedang mempertimbangkan menjatuhkan denda 500 yuan (Rp 900 ribu) kepada wanita yang mengenakan kerudung dan jilbab di depan umum. Pengambil keputusan mengatakan larangan ini akan menjaga stabilitas dan kesetaraan gender.

Di kota lain, pejabat mengumpulkan pedagang jilbab dan kerudung agar berganti profesi menjadi pedagang sutera.

Aturan ini tidak berlaku di Kuqa dan sebagian Aksu. Perempuan berjilbab hilir-mudik di jalan-jalan. Lelaki berjenggot juga terlihat di mana-mana.

Gardner Bovingdon, pakar Xinjiang dari Universitas Indiana, mengatakan Beijing bisa saja menghapuskan seluruh jenggot dan jilbab di Xinjiang, tapi tidak ada yang bisa memaksa Muslim Uighur meninggalkan Alquran. [berbagai sumber/tst/inilah]

Jika Ingin Aman Jauhi Anak-Anak Gaza


"Ternyata tempat yang paling aman di Gaza adalah tempat dimana tidak terdapat anak-anak Gaza. Atau jauuhilah anak-anak maka engkau akan selamat di Gaza".

Pernyataan diatas diungkapkan Ketua pemantau Euromid For Human Right, Dr. Romi Abduh yang dilansir pusat informasi Palestina, saat ditanya tentang peningkatan kebiadaban Zionis terhadap rumah-rumah aman di Gaza khususnya yang dihunia anak-anak dan wanita.

Ia mengatakan, Israel membidik anak-anak dan wanita Palestina dan ini yang terbanyak korbannya. Aksi ini jelas kejahatan perang. Mereka sengaja membantai anak-anak Palestina dengan jumlah paling banyak dari korban keseluruhan.

Anak-Anak Tak Berdosa

Zinah Bilal Abu Thagiyah seorang bocah berumur satu setengah tahun, bukanlah bocah terakhir yang dibantai Zionis. Ia juga tentu tak tahu mainan yang ia senangi ternyata membuat yahudi takut bukan kepalang hingga membantainya dengan sebuah roket dan memisahkan kepala dari badanya yang mungil.

Ayah dari bocah tersebut dengan berurai air mata memungut jasad yang mungil tersebut, ia pangku di pundaknya pun tak pernah bermimpi bila suatu hari ia akan membawa putri yang dicintainya ke kuburan. Kedua matanya seolah tak percaya, apakah jasad yang ia pungku itu adalah putri yang dicintainya ?.

Kondisi Zinah tak berbeda dengan Nur Abu Hashirah, seorang bocah perempuan berumur tiga tahun. Ia yang saat itu bersama adiknya Luma membeli jajanan dari warung dekat rumahnya. Ternyata senyuman manis yang polos dari raut muka tanpa dosa Nur tidak menghalangi Zionis untuk membantainya dengan sebuah roket yang menghancurkan tubuh mungilnya. Sementara adiknya dalam kondisi yang sangat memprihatinkan.

Mahmud Abu Hashirah, ayah dari Nur bertanya-tanya dengan perasaan khawatir dan cemas mengenai nasib anaknya. Ia sangat menyesal telah menyuruh Nur pergi ke warung yang berjarak beberapa meter dari rumahnya. Ternyata itulah yang mengakhiri hidup anaknya yang tercinta.

Target Perang Sesungguhnya

Walau dokter Mahmud Abu Samirah berupaya menyembunyikan kondisi putri Abu Hashriha, Luma. Namun kondisinya yang parah sulit rasanya ia juga bisa selamat dari kematian. Namun ayahnya yakin, Luma akan sembuh dan akan pulih lagi seperti sedia kala.

Kondisi di atas tidak menggambarkan seluruhnya. Itu bagian kecil dari ribuan korban anak-anak yang menjadi target sasaran perang Zionis. Mereka dibantai sedemikian rupa untuk menunjukan hakikat dan tujuan perang mereka sesungguhnya. (*pip)

Sebelum Habisi Foley, ISIS minta AS Bebaskan ‘Lady Al-Qaeda’


Sebelum memenggal James Foley, jurnalis Amerika Serikat, ISIS menuntut AS agar melepaskan wanita yang dijuluki "Lady al-Qaeda".

Tuntutan itu disampaikan militan ISIS melalui surat yang dikirim ke pemerintah Amerika Serikat (AS). Tapi Barack Obama menolak tuntutan untuk melepaskan wanita itu.

Siapa Lady al-Qaeda?

Perempuan dari petempur al-Qaeda itu adalah Aafia Siddiqui. Dia seorang neuroscientist Pakistan.

"Lady al-Qaeda" berusia 42 tahun itu, saat ini ditangkap dan dipenjara di Texas, Amerika Serikat.

Menurut New York Times, semalam (21/8/2014), Negara Islam (ISIS), selain ingin menukar James Foley dengan Siddiqui, mereka minta tebusan lebih dari $142 juta.

Siddiqui, telah masuk daftar teroris AS paling dicari FBI sejak serangan 9/11. Namanya muncul setelah tersangka 9/11, Khalid Sheikh Mohammed, menyebutnya selama diinterogasi tahun 2003.

"Lady al-Qaeda" ditangkap di Afghanistan pada tahun 2008. Dia berimigrasi ke Amerika Serikat pada tahun 1990 dan memperoleh gelar PhD dari Universitas Brandeis pada tahun 2001.

Pada awal tahun 2003, Siddiqui kembali ke Pakistan. Pada bulan Maret 2003, ia diangkat sebagai kurir dan pemodal untuk al-Qaeda oleh Khalid Sheikh Muhammad.

Dia kemudian menghilang sampai dia ditangkap di Ghazni, Afghanistan, dengan dokumen dan catatan untuk membuat bom ditambah kontainer natrium sianida.

Siddiqui didakwa di New York pengadilan distrik federal pada bulan September 2008, Dia dituduh merencanakan pembunuhan massal di Amerika Serikat (AS) termasuk dengan bom dan penyebaran virus Ebola.

Setelah 18 bulan dalam tahanan, ia diadili dan dihukum pada awal 2010 dan dijatuhi hukuman 86 tahun penjara.



ISIS Minta AS Bebaskan ‘Lady Al-Qaeda’, Sebelum Foley Dieksekusi


Sebelum memenggal James Foley, jurnalis Amerika Serikat, ISIS menuntut AS agar melepaskan wanita yang dijuluki "Lady al-Qaeda".

Tuntutan itu disampaikan militan ISIS melalui surat yang dikirim ke pemerintah Amerika Serikat (AS). Tapi Barack Obama menolak tuntutan untuk melepaskan wanita itu.

Siapa Lady al-Qaeda?

Perempuan dari petempur al-Qaeda itu adalah Aafia Siddiqui. Dia seorang neuroscientist Pakistan.

"Lady al-Qaeda" berusia 42 tahun itu, saat ini ditangkap dan dipenjara di Texas, Amerika Serikat.

Menurut New York Times, semalam (21/8/2014), Negara Islam (ISIS), selain ingin menukar James Foley dengan Siddiqui, mereka minta tebusan lebih dari $142 juta.

Siddiqui, telah masuk daftar teroris AS paling dicari FBI sejak serangan 9/11. Namanya muncul setelah tersangka 9/11, Khalid Sheikh Mohammed, menyebutnya selama diinterogasi tahun 2003.

"Lady al-Qaeda" ditangkap di Afghanistan pada tahun 2008. Dia berimigrasi ke Amerika Serikat pada tahun 1990 dan memperoleh gelar PhD dari Universitas Brandeis pada tahun 2001.


Pada awal tahun 2003, Siddiqui kembali ke Pakistan. Pada bulan Maret 2003, ia diangkat sebagai kurir dan pemodal untuk al-Qaeda oleh Khalid Sheikh Muhammad.

Dia kemudian menghilang sampai dia ditangkap di Ghazni, Afghanistan, dengan dokumen dan catatan untuk membuat bom ditambah kontainer natrium sianida.

Siddiqui didakwa di New York pengadilan distrik federal pada bulan September 2008, Dia dituduh merencanakan pembunuhan massal di Amerika Serikat (AS) termasuk dengan bom dan penyebaran virus Ebola.

Setelah 18 bulan dalam tahanan, ia diadili dan dihukum pada awal 2010 dan dijatuhi hukuman 86 tahun penjara.

Amerika: “ISIS Lebih Berbahaya Dari Al-Qaeda”


Menteri Pertahanan Amerika Serikat (AS), Chuck Hagel, menyatakan begitu mengkhawatirka mengenai perkembangan militan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). Menurutnya, ISIS mungkin jauh lebih berbahaya dari al-Qaeda.

"Kekuatan militer dan juga pendanaan besar yang dimiliki oleh ISIS merupakan ancaman besar bagi AS yang mungkin melampaui yang pernah dilakukan oleh al-Qaeda." ucap Hagel, seperti dilansir Al Jazeera, Jumat (22/8/2014).

"Mereka (ISIS) adalah ancaman bagi setiap kepentingan yang kita miliki, apakah itu di Irak atau di tempat lain," Hagel menambahkan. Dirinya juga menyatakan anggota ISIS sudah dilatih dengan sangat baik, dan itu yang membuat mereka jadi jauh lebih berbahaya.

Hagel menegaskan, ISIS bukanlah kelompok teror biasa, mereka sudah memiliki ideologi yang sangat kuat. ISIS memang sudah memproklamirkan kekalifahan sendiri dengan target menguasai seluruh dunia.

"Mereka bukanlah kelompok teror biasa, mereka jauh di atas kelompok teror lain yang pernah ada. Mereka memiliki ideologi yang kuat, dan mereka didanai dengan sangat baik dan juga memiliki kekuatan militer yang besar. Ini melebihi apa yang telah kita lihat," papar Hagel.

Sementara itu, Kepala Staf Gabungan Militer AS, Jenderal Martin Dempsey, mengatakan, ISIS menganut ideologi fanatis. Kelompok pimpinan Abu Bakar al-Baghdadi itu, lanjut dia, memiliki visi jangka panjang untuk merebut Libanon, Israel, Yordania dan Kuwait.

ISIS rilis Video Ratusan Warga Yazidi Masuk Islam


Ratusan warga Yazidi dilaporkan telah pindah keyakinan dan memeluk agama Islam. Bergabungnya ratusan warga Yazidi itu berdasarkan hasil sebuah rekaman yang dirilis oleh kelompok ISIS.

Dalam rekaman tersebut tampak ratusan warga Yazidi menyatakan diri untuk pindah agama. ISIS merilis video yang diklaim sebagai video pencerahan.

Dalam video itu, ratusan warga Yazidi menyatakan bergabung dengan Islamic State (ISIS) atau Negara Islam. Video yang dirilis ISIS itu berjudul "Ratusan Warga Yazidi Masuk Islam".

Mereka ingin menepis ada pertumpahan darah dalam video para warga Yazidi yang memilih pindah keyakinan tersebut.

Saksi mata di Sinjar, Irak utara, mengatakan kepada Reuters, yang dilansir Kamis (21/8/2014), bahwa rumah warga Yazidi yang memasang bendera putih menjadi tanda jika penghuninya telah tunduk pada 'Negara Islam'.


Sebelumnya dilaporkan, Negara Islam berjanji akan memberikan segala yang mereka butuhkan, jika warga Yazidi mau bergabung. Mengingat sejumlah warga Yazidi telah melarikan diri ke wilayah Pegunungan Sinjar.

Hal tersebut disampaikan langsung oleh salah satu anggota ISIS dalam sebuah rekaman video.

"Jika mereka tinggal di gunung, mereka akan mati kelaparan dan kehausan. Pembicaraan tentang bantuan dari negara-negara Barat semua adalah kebohongan," tutur anggota ISIS, seperti dikutip Daily Mail, Kamis (21/8/2014).

"Jika mereka mau berubah, kami akan memberikan segalanya yang mereka butuhkan. Mereka akan hidup bahagia," pungkasnya.

Dalam rekaman itu, anggota ISIS juga meminta agar warga Yazidi yang ada di Gunung Sinjar untuk segera turun.

Sekadar informasi, warga Yazidi merupakan salah satu pengikut agama kuno yang berasal dari Zoroastrianisme. Menurut ISIS sendiri dilaporkan, Aliran agama tersebut adalah agama penyembah setan. (*reuters/dailymail)


Amerika Diguncang Video Eksekusi Wartawan AS oleh ISIS


ISIS merilis video yang memperlihatkan pemenggalan jurnalis Amerika Serikat, James Foley yang hilang di Suriah hampir dua tahun lalu, dan foto yang memperlihatkan seorang jurnalis AS lainnya yang menurut ISIS hidupnya tergantung pada aksi AS di Irak.

Video berjudul "Pesan kepada Amerika" itu diposting ke laman media sosial, namun belum bisa diverifikasi keasliannya.

Foley, yang dilaporkan berada di Timur Tengah selama lima tahun, diculik pada 22 November 2012 oleh orang-orang bersenjata.

Steven Sotloff, yang tampil di akhir video itu, hilang di Suriah utara setelah meliput pada Juli 2013.

Satu akun Twitter yang dibuat keluarga Foley untuk mencari dia, menulis berikut ini hari ini: "Kami tahu bahwa banyak dari Anda semua mencari konfirmasi atau jawaban. Mohon bersabar sampai kami semua punya informasi lebih, dan selalulah menjadikan Foleys dalam pikiran dan doa Anda semua."

Gedung Putih mengatakan bahwa agen-agen intelijen AS tengah bekerja memerivikasi keaslian video itu.

Video yang diposting setelah AS melancarkan serangan udara ke Irak untuk pertama kali sejak akhir pendudukan Irak pada 2011 itu dibuka dengan cuplikan kalimat Presiden AS Barack Obama yang menyatakan megotorisasi serangan ke Irak.

"Obama mengotorisasi operasi militer melawan Negara Islam yang secara efektif menempatkan Amerika pada front perang baru melawan muslim," bunyi kalimat dalam layar video dengan berbahasa Inggris dan Arab.

Seorang pria yang diidentifikasi sebagai James Foley dan mengenakan pakaian oranye berlutut di gurun pasir ketika seorang pria berpakaian hitam dengan berpenutup kepala berdiri di sampingnya sambil memegang pisau.

"Saya menyeru keluarga para sahabatku dan orang-orang yang menyayangiku untuk bangkit melawan pembunuhku yang sebenarnya, pemerintah AS, atas apa yang akan terjadi pada saya adalah semata hasil dari kepuasan dan kriminalitas mereka," kata orang yang berlutut itu.

Pria yang mengenakan penutup kepala itu lalu berbicara dalam Bahasa Inggris beraksen orang Inggris, "Ini James Wright Foley, seorang warga Amerika, negara kalian. Sebagai pemerintah, kalian telah berada di garis depan pada agresi terhadap Negara Islam."

"Hari ini angkatan udara militer kalian menyerang kami setiap hari di Irak. Serangan kalian menimbulkan korban di pihak muslim. Kalian tidak lagi memerangi pemberontak. Kami tentara Islam, dan negara yang telah diterima oleh sebagian besar musim di seluruh dunia."

Setelah itu pria beraksen Inggris itu memenggal orang yang berlutut itu.

Di akhir video, terlihat kalimat di layar bertuliskan "Steven Joel Sotloff" sebagai tahanan lainnya yang berpakaian oranye.

"Nasib warga negara Amerika ini, wahai Obama, tergantung pada keputusan Anda berikutnya," kata pria bermuka ditutup itu.

Foley, adalah reporter paruh waktu, yang meliput perang saudara Suriah untuk GlobalPost. Pada 2011, dia ditahan selama 45 hari oleh pasukan yang loyal kepada mantan pemimpin Libya Muammar Gaddafi.

Sotloff juga seorang jurnalis paruh waktu yang menerbitkan beritanya di Time Magazine dan Foreign Policy. Dia pernah meliputi di Suriah, Libya dan Yaman.

Juru bicara Gedung Putih Caitlin Hayden berkata, "Kami telah menyaksikan video yang mungkin merupakan pembunuhan warga negara AS James Foley oleh ISIS. Komunitas intelijen tengah bekerja secepat mungkin untuk memastikan keaslian video itu.

"Jika asli, kami terguncang oleh pembunuhan brutal seorang jurnalis Amerika yang tak bersalah, dan kami menyampaikan duka mendalam untuk keluarga dan kerabatnya."

Selasa kemarin ISIS juga merilis video lain yang memberi petunjuk kuat bahwa mereka mungkin akan menyerang target-target Amerika, demikian Reuters. (*reuters)

Serdadu Israel akui Jadi Sasaran Empuk Tembakan al-Qassam

href="http://4.bp.blogspot.com/-_76E1_XYpdQ/U_PShU0VNaI/AAAAAAAAUwc/0mJBPorauGw/s1600/saaa.JPG" imageanchor="1">

Media Israel, Channel 2 melansir pengakuan seorang prajurit Israel yang menceritakan pengalamannya selama perang darat di Jalur Gaza, Palestina.

Serdadu Israel itu menggambarkan para tentara Israel yang dikerahkan di Gaza seperti bebek duduk yang jadi sasaran tembak pasukan al-Qassam, sayap militer Hamas.

Serdadu Israel yang menceritakan pengalaman menegangkan di Gaza diwawancarai dalam kondisi anonim, karena menyangkut nasib karir sekaligus keselamatannya. Dia mengaku ditugaskan untuk berperang di Desa Al-Atatreh, Gaza.

Di desa tersebut, dia dan para serdadu Israel lain merasa seperti berada di lapangan tembak dan jadi target empuk pasukan al-Qassam."Para pasukan al-Qassam mengsploitasi jeda (gencatan senjata) untuk mempersiapkan diri. Kami menjadi bebek empuk untuk target tembak al-Qassam," tulis Chanel2, mengutip pengakuan serdadu Israel tersebut.

Yang mengejutkan, dalam wawancara itu terungkap jika para tentara Israel paling takut dengan senjata jenis mortir."Yang menyasar mereka seperti guyuran hujan," imbuh laporan media Israel itu, semalam (18/8/2014).

Serdadu Israel itu juga mengeluhkan kedatangan pesawat tempur Israel yang terlambat untuk menyerang para pasukan al-Qassam ketika para tentara darat Israel gagal menghentikan tembakan pasukan sayap militer Hamas tersebut.

Dari pengakuan tentara Israel itu juga terungkap bahwa, militer Israel rutin mengganti setiap personelnya yang bertempur di Gaza setiap pekan sekali. Salah satu insiden yang disesalkan tentara Israel ini adalah ketika rombongannya melakukan perjalanan pulang dari Gaza.

Mereka menyerukan pasukan Angkatan Udara Israel mengawal mereka, namun permintaan itu ditolak. Akibatnya, rombongan pasukan Israel itu kocar-kacir ketika mortir-mortir al-Qassam bermunculan. Lima tentara darat Israel kala itu terluka.

Tentara Israel yang memberikan testimoni saat gencatan senjata tersebut menganggap ada kejaiban dalam insiden tersebut. Karena tidak ada korban tewas. Namun, kelalaian pasukan Angkatan Udara Israel itu telah membuat para pasukan darat Israel mengalami gangguan psikologis. (*channel2/snd)


Ini Daftar 6 Petinggi ISIS ke Daftar Teroris PBB



Dewan Keamanan PBB resmi memasukkan 6 petinggi Daulah Islam (IS) ke dalam daftar hitam teroris. Seluruh 15 anggota Dewan secara bulat menerima sebuah resolusi yang bertujuan melemahkan IS.

Dilansir Al Jazeera (18/8/2014), DK PBB juga mengancam menjatuhkan sanksi atas penyokong dana dan pemasok senjata kelompok tersebut. Dewan Keamanan juga menyasar Front al-Nusra, yang adalah sayap Al-Qaeda di Suriah.

IS, yang dulunya bernama ISIS/ISIS, telah lama dimasukkan dalam daftar hitam Dewan Keamanan PBB, sedangkan Front al-Nusra baru ditambahkan pada awal tahun ini.

"Kita sudah menyaksikan betapa mengerikannya tindakan-tindakan brutal mereka," kata Mark Lyall Grant, duta besar Inggris untuk PBB. Dua kelompok tersebut termaktub dalam perangkat sanksi PBB atas Al-Qaeda.

Beberapa jam setelah resolusi itu diterima, pada Sabtu 16 Agustus pagi dini hari, pesawat-pesawat tempur AS melakukan sejumlah serangan udara di utara Irak, demikian menurut kantor berita Kurdi, Roodaw.

Serangan-serangan itu terjadi di empat tempat dekat bendungan Mosul yang berada di bawah kendali IS, demikian dikatakan para saksi.

Resolusi Jumat lalu menyebutkan 6 orang yang akan dikenakan larangan perjalanan internasional, pembekuan harta, dan embargo senjata.

Berikut Daftar "hitam" DK PPB tersebut:

1. Abu Bakr Al-Baghdadi
Pemimpin utama Daulah Islam (IS) bernama lengkap, Dr Ibrahim bin Awwad bin Muhammad al-Badri al-Samarrai. Pada tanggal 4 Oktober 2011, Departemen Luar Negeri Amerika Serikat yang mencatat al-Baghdadi sebagai Teroris Global Khusus yang Ditetapkan dan mengumumkan hadiah hingga US $ 10 juta untuk informasi yang mengarah pada penangkapannya atau kematian.

2. Abu Muhammad al-Adnani
Seorang warga Irak -asal Aljazair juga anggota Al-Nusra- yang oleh para pakar PBB disebut sebagai "emir paling berpengaruh" di kelompok itu dan dekat dengan sang pemimpin, Abu Bakr al-Baghdadi.

3. Said Arif
Ia adalah mantan pejabat angkatan bersenjata Aljazair yang melarikan diri dari tahanan rumah di Saudi Arabia, dan dicap PBB sebagai "pentolan teroris propaganda internet" yang memimpin kelompok itu di distrik Latakia di Suriah.

4. Hamid Hamad Hamid al Ali
Berasal dari Kuwait, dikenakan sanksi karena diduga menyediakan dukungan keuangan kepada Front al-Nusra.

5. Hajjaj bin Fahd al-Ajmi
Juga berasal dari Kuwait, Penggalangan dana oleh Ajmi termasuk setidaknya satu kampanye melalui Twitter, demikian menurut para pakar PBB.

6. Abdelrahman Mouhamad Zafir al-Dabidi al-Jahani
Ia dari Arab Saudi juga disebutkan namanya karena ia menjalankan jejaring pejuang asing bagi Front al-Nusra.

Resolusi itu mengutuk rekrutmen para pejuang asing dan menyatakan kesediaan Dewan untuk mendaftarhitamkan orang-orang yang membiayai atau membantu perjalanan para pejuang asing.

Dewan juga menyatakan keprihatinan akan penghasilan dari ladang-ladang minyak yang dicaplok oleh dua kelompok itu yang digunakan untuk menyusun beragam serangan.

Para pejuang IS menjual minyak dari ladang-ladang minyak dan penyulingan-penyulingan di bawah kendali mereka di Irak kepada masyarakat setempat dan para penyelundup, sehingga menambah kekuatan keuangan mereka yang sekarang sudah banyak itu, demikian dikatakan para pejabat intelijen AS pada Kamis lalu.

Resolusi itu juga mengutuk perdagangan langsung maupun tidak langsung dengan IS atau Front al-Nusra dan memperingatkan bahwa hal itu dapat mengundang sanksi-sanksi tambahan. (*aljazeera)

FATAH: PM Israel Keturunan Nazi, Pemuja Hitler!



Otoritas Palestina dan Partai Fatah terus menggunakan analogi Nazi dan Holocaust untuk menilai Israel dalam perang di Jalur Gaza Palestina.

Analogi itu muncul dalam laporan Palestina Media Watch untuk menilai agresi Israel dengan nama "Operation Protective Edge" itu.

Salinan laporan itu dilansir Jerusalem Post, Senin (18/8/2014), di mana di dalamnya terdapat banyak kutipan pejabat Otoritas Palestina dan Fatah.

"Benjamin Netanyahu adalah keturunan Nazi, pemuja cara Hitler, dan meniru dia di setiap aksi yang dilakukan," kata Yahya Rabah, pemimpin Fatah, mengacu pada Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu yang pernah ditulis Al-Hayat Al-Jadida, pada 3 Agustus 2014 lalu.

Wakil Sekretaris Komite Sentral Fatah, Jibril Rajoub, juga pernah mengatakan senada di stasiun televisi Palestina Awdah."(Israel melakukan) pemusnahan massal seperti yang dilakukan Nazi di Eropa pada 1940-an," katanya.

Penulis laporan yang juga pendiri Palestina Media Watch, Itamar Marcus, mengatakan, ada kepentingan politik dari para pejabat Palestina dengan menggunakan analogi Nazi tersebut.

"Otoritas Palestina, bahkan hari ini, menggambarkan pembunuhan Israel secara heroik. Para pembunuh dari lima anggota keluarga Fogel (tahun 2011) dan semua orang Palestina lainnya harus dipenjara," kata Marcus.

Menurutnya, analogi Nazi itu sekaligus untuk menanamkan pada generasi muda Palestina, bahwa rakyat Palestina di Gaza pernah mengalami kekejaman massal oleh pasukan Israel. (*Jpost)

Heboh Nikah Muslim-Yahudi, Warga Israel Mengamuk, Netanyahu Bungkam


Lima tahun memadu kasih Mahmoud Mansour dan Morel Malka, Akhir pekan lalu keduanya menikah. Setengah warga Israel marah, tapi PM Benjamin Netanyahu bungkam.

Mansour adalah warga Israel keturunan Arab. Malka asli Yahudi. Keduanya tinggal di Jaffa.

Jerusalem Post memberitakan Malka bersedia menjadi Muslim, yang memungkinkan pernikahan terjadi. Mansour tidak mungkin menjadi Yahudi karena dia bukan anak Bani Israil.

Keduanya menolak jalan tengah; meninggalkan agama masing-masing, dan menikah secara Kristen.

Akad nikah keduanya berlangsung usai shalat Jumat (15/8). Sesuai UU Israel, keduanya juga harus mencatatkan pernikahan -- dengan mengucapkan janji -- di Pengadilan Rishon Lezion Magistrate.

Sehari sebelum pesta pernikahan, Lehava -- organisasi Yahudi yang menentang perkawinan antarras -- memposting undangan di Facebook dan menyerukan aksi demo besar-besaran.

Pengadilan Rishon Lezion Magistrate mengatakan Lehava boleh berdemo, tapi 200 meter dari gedung pernikahan yang ditentukan kepolisian.

Mansour dan Malka menyewa 14 tukang kepruk pribadi yang menjaganya. Kepolisian Distrik Rishon Lezion mengerahkan puluhan satuan elit polisi dan polisi penjaga perbatasan, untuk mengamankan pernikahan keduanya.

Mansour mengenakan pakaian santai dan casual. Malka mengenakan gaun pernikahan ala Barat.


Kepada Channel 2, Mansour mengatakan; "Kami tinggal di Jaffa. Setengah penduduk Jaffa adalah Arab, lainnya Yahudi. Kami hidup berdampingan secara damai."

Malka mengatakan; "Apa yang salah dari pernikahan kami. Kami hanya manusia yang saling mencintai." Menurut Mansour, dirinya harus berterima kasih kepada Lehava, yang memberikan publikasi gratis.

Berkat kemarahan Lehava seluruh Israel tahu adanya pernikahan antarras, yang membuat ucapan selamat dari petinggi negeri itu berdatangan. Presiden Israel Reuven Rivlin, misalnya, mengirim ucapan selamat

"Tidak ada ruang untuk rasisme di masyarakat demokratik. Selamat kepada Mansour dan Malka," tulis presiden di Facebook.

Menteri Kesehatan Yael German dan anggota perlemen Yesh Atid juga menyampaikan ucapan selamat dalam telegram pribadi. Namun PM Benjamin Netanyahu, menurut surat kabar Haaretz, memilih bungkam.

Tidak sulit menari sebab mengapa Netanyahu bungkam. Yeir Netanyahu, putra sang perdana menteri, juga jatuh ke pelukan non-Yahudi, yaitu seorang gadis Norwegia bernama Sandra Leikanger.

Moshe Gafni, anggota parlemen dari United Torah Judaisme, mengkritik perkawinan ini. "Untuk saat ini ada bahaya asimilisasi bagi masyarakat Yahudi," ujar Gafni. "Perkawinan ini memalukan dan melanggar tradisi Yahudi, serta kelanjutan generasi."

Rabbi Ronen Neuwirth, direktur Beit Hillel, mengkritik perkawinan itu dan mengecam cara-cara Lehava memperjuangkan penolakan kawin campur. Menurutnya, memerangi perkawinan antarras harus terarah dan lewat pendidikan masyarakat.

Benzi Gopstein, direktur Lehava, mengatakan; "Adalah penting perkawinan seperti ini tidak berlangsung begitu saja tanpa protes."

Israel, kata Gopstein, menginvestasikan miliaran shekel untuk menentang asimilasi di dalam masyarakat diaspora Israel di mana pun. "Jadi, bagaimana mungkin kami membiarkan fenomena perkawinan Arab-Israel di Israel," ujarnya.

Sikap Gopstein didukung Rabbi Meir Kahane, dan siapa pun yang mengikuti jalan kerabian. Salah satunya jaksa Itamar Ben-Gvir, yang mendukung aksi protes Lehava.

Perkawinan berlangsung sesuai rencana. Mansour menggandeng sang istri, dan mengucapkan janji di depan petugas catatan sipil. Ada pesta kecil di dalam gedung.

Di luar gedung, ratusan pendukung Lehava menggelar aksi protes yang menjurus brutal. Polisi menahan enam orang, dan membubarkan lainnya dengan kekerasan.

Ketika keduanya meninggalkan arena pesta, pendemo berteriak berteriak di depan Malka; "Kami masih berperang dengan Hamas, kau menikahi orang Arab."

Jika Malka dikecam orang Yahudi, Mansour diserang orang-orang Arab lewat media sosial. Bahkan, setengah keluara Mansour tidak menyetujui pernikahan ini. (*inl)

“Hidup Bahagia atau Dikubur sebagai Syuhada”



Ketua Gerakan Islam di wilayah Palestina terjajah tahun 1948, Syaikh Raed Shalah, mengatakan bahwa Jalur Gaza yang terluka dan terblokade telah mengalahkan penjajah Zionis meski masih dalam kondiri terblokade dan hancur lebur.

Dia mengatakan, "Gaza telah memaksa semua media Zionis dan para petinggi senior di militer Zionis dan pemerintah mengakui kekalahannya dan tidak bisa merealisasikan target-target perang mereka."

Dia menuntut pembebasan blokade Gaza, pembukaan perlintasan-perlintasan, pembukaan bandara dan pelabuhan serta pembagian air resional ke Jalur Gaza. Dia menegaskan bahwa tuntutan ini adalah batan minimal hak-hak rakyat Palestina.

Syaikh Shalah menegaskan bahwa tuntutan ini telah ditulis dengan darah para syuhada untuk mengatakan kepada siapa saja: "apakah kami bisa hidup di Gaza dengan bahagia atau dikubur sebagai syuhada".

Menurut Syaikh al Aqsha, keduanya adalah kemenangan. Karenanya dia mengucapkan selamat atas kemenangan besar untuk Gaza. Tidak lupa dia menyampaikan penghormatan kepada para prajurit tidak dikenal dalam peperangan ini, termaul para jurnalis, para dokter dan para penyelamat yang telah mengorbankan nyawa mereka untuk menyampaikan fakta.

Syaikh Shalah menilai kemenangan besar ini adalah kemenangan untuk seluruh orang merdekat di dunia, Arab, kaum muslimin, al Quds, masjid al Aqsha dan Tepi Barat. Dia menegaskan bahwa ini adalah kemenangan besar.

Syaikh Shalah mengecam peran lemah Arab terhadap isu Gaza ini. Dia juga mengecam Liga Arab yang terlambat melakukan KTT untuk membahas agresi Zionis ke Gaza. (*PIP)

Aksi Boikot Global Benar-benar Menampar Israel


Boikot, Divestasi dan Sanksi (BDS) yang sempat diremehkan Israel karena merasa sebagai negara produsen dunia, akhirnya dirasakan juga dampaknya oleh negara yahudi itu.

Pada bulan Maret 2014, media Israel, Maarev, melaporkan bahwa BDS global telah menyebabkan keuangan Israel rugi 100 juta shekel. Para aktivis BDS menganggap kampanye mereka sebagai tamparan bagi Israel yang melakukan agresi di Palestina.

Gerakan BDS kian gencar setelah invasi Israel selama sebulan di Jalur Gaza, Palestina. Hampir 2 ribu rakyat Palestina di Gaza tewas selama invasi itu. Sedangkan dari kubu Israel hanya sekitar 60-an orang yang sebagian besar dari pihak militer.

Para aktivis pendukung BDS percaya, bahwa kunci untuk mengakhiri agresi Israel terhadap Palestina adalah melalui memboikot global. Dengan BDS itu pula, para aktivis ingin memaksa Israel tunduk pada hukum internasional.

Gerakan BDS sejatinya meniru dari perjuangan rakyat Afrika Selatan saat melawan rezim apartheid. Para aktivis gerakan BDS sengaja menggandeng tokoh-tokoh besar,termasuk bintang Hollywoon untuk mendukung aksi mereka.

BDS Pengaruhi Israel

Kampenye BDS adalah membujuk banyak orang untuk memboikot produk dan perusahaan yang memberikan keuntungannya kepada Israel yang melakukan pelanggaran hukum kemanusiaan di Palestina.

Zahira Sarwar, seorang aktivis politik Kanada, berpendapat bahwa kampanye boikot oleh konsumen global dalam gerakan BDS memiliki pengaruh besar pada Israel. Sebab, dana Israel selama ini, termasuk yang digunakan untuk membangun permukiman ilegal di tanah Palestina berasal dari keuntungan perusahaan-perusahaan pro-Israel.

Omar El-Barghouty, aktivis HAM Palestina dan koordinator pendiri gerakan BDS, kepada Ahram online, semalam (15/8/2014), mengatakan, Israel telah menipu dunia dengan mengklaim mengalami kerugian akibat melawan Palestina. Menurutnya, itu adalah siasat Israel untuk meraih simpati dunia.

"Rezim penindasan Israel khawatir pada prospek BDS, karena melibatkan aksi saling boikot secara paralel mulai dari akademik, budaya, militer dan ekonomi," kata El-Barghouty.

"Dalam beberapa bulan terakhir saja, Gereja Presbiterian dari Amerika Serikat, salah satu gereja Protestan yang paling penting di sana, melakukan divestasi dari tiga perusahaan AS yang terlibat dalam pendudukan ( Israel di Palestina), yakni perusahaan Caterpillar, HP dan Motorola Solutions Israel," lanjut El-Barghouty.

Gerakan BDS juga berdampak perusahaan individual dan korporasi. Veolia, sebuah perusahaan yang terlibat dalam pendudukan Israel, telah kehilangan kontrak senilai lebih dari USD20 miliar, terutama di Swedia, Inggris, Irlandia dan sekarang Amerika Serikat.

Kemudian perusahaan Group4Security (G4S), perusahaan konglomerat swasta Inggris-Denmark di bidang jasa keamanan swasta yang beroperasi di 125 negara juga jadi target gerakan BDS.

"Keuntungan perusahaan pro-pendudukan dan pelanggaran hak asasi manusia Israel di Palestina, seperti Veolia dan G4S, telah kehilangan kontrak besar,akibat gerakan BDS. Bukan hanya dampak moral atau simbolik saja, tapi juga keuangan," kata El-Barghouty.

Embargo Senjata

Adri Nieuwhof, advokat HAM dan kontributor Intifadah Elektronik, setuju bahwa boikot keuangan berpengaruh pada Israel. Tapi, dia juga menyerukan embargo militer terhadap Israel sebagai ganjaran terhadap negara itu atas invasi di Jalur Gaza, Palestina.

"Sebuah embargo militer terhadap Israel sudah mendesak, mengingat kekerasan ekstrem oleh negara ini terhadap warga Palestina," kata Nieuwhof.

Selama ini Israel kuat, karena ada ekspor senjata ke Israel dari sejumlah negara, terutama Amerika Serikat. Selain itu AS juga membantu mengembangkan teknologi Israel yang terbukti digunakan untuk melakukan agresi di Gaza.

Menurut situs BDS, Israel merupakan salah satu produsen terkemuka di dunia dan eksportir drone militer. Teknologi militer Israel, dikembangkan untuk mempertahankan penindasan telah dipasarkan di seluruh dunia. (*maarev/sindo)

Aceh akan Terus Perang dengan Pemerintah Pusat


Jika turunan UUPA tersebut tidak tuntas, Zaini sangat mengkhawatirkan kedepan rakyat Aceh akan kehilangan kepercayaan kepada pemerintah pusat, dan bukan tidak mungkin hal ini akan kembali membuat masyarakat marah dan kembali mengangkat senjata.

Lebih dari 29 tahun konflik terjadi di Aceh. Selama itu pula ribuan nyawa hilang. Di dalamnya terdapat sejumlah wartawan yang juga ikut menjadi korban kekejaman konflik. Sebut saja Ersa Siregar, wartawan RCTI yang meninggal terkena timah panas konflik.

Bagi Gubernur Aceh Zaini Abdullah, wartawan merupakan salah satu ujung tombak yang berada di garis depan mengabarkan berita pada masa konflik. Ia menyebutkan wartawan sebagai salah satu pejuang Aceh pada masa lampau.

Menurutnya, selain mengalami kepedihan, wartawan tidak takut kehilangan nyawanya untuk bersama-sama dalam perjuangan apa pun di masa lalu.

"Dalam perjuangan memakai senjata dulu, banyak kita lihat wartawan meninggal bersama gerilyawan dan pejuang-pejuang lainnya," ujar Zaini Abdullah saat Peringatan 9 tahun perjanjian damai Aceh (15/8) di halaman Masjid Raya Baiturahman.

Pada 2005 silam, Pemerintah Indonesia dan Gerakan Aceh Merdeka sepakat menakhiri konflik dan saling berjabat tangan. Semua pertikaian diakhiri, rakyat Aceh keluar dari bayang-bayang ketakutan. Saat ini sudah 9 tahun rakyat Aceh merasakan udara segar tanpa suara letusan senjata.

Gubernur yang akrab dengan sapaan Doto Zaini ini mengatakan, perjuangan saat ini bukan lagi dengan senjata, namun pena. Kata Zaini, sekarang wartawan, organisasi sipil, dan rakyat harus sejalan dengan pemerintah untuk memperjuangkan pembangunan dan membereskan kekhususan Aceh.

Menurut Zaini, salah satu urusan yang belum selesai setelah 9 tahun Aceh damai adalah realisasi Undang-undang Pemerintah Aceh (UUPA) yang merupakan amanah dari perjanjian damai atau MoU.

"Salah satu yang penting bagi saya adalah memperjuangkan UUPA ini," kata Doto.

Gubernur Aceh Zaini Abdullah dalam pidato saat peringatan tersebut mengaskan bahwa perang fisik di Aceh memang sudah usai sejak 15 Agustus 2005 yang silam, namun perang politik masih belum usai.

"Perang fisik di Aceh sudah usai sejak 2005, namun kita akan terus berperang secara politik kepada pemerintah pusat," kata gubernur.

Perang politik akan terus berlanjut selama pemerintah pusat belum merealisasikan janji janji yang telah disepakati dalam butir-butir Memorandum of Understanding (MoU) Helsinky, jelas gubernur menambahkan.

"Kita akan terus berperang secara politik jika pusat tidak tepat janji," tegas gubernur.

Gubernur mengungkapkan, hingga 9 tahun damai Aceh, hingga saat ini pusat masih ingkar dan belum menuntaskan beberapa poin penting yabg menjadi kesepakatan MoU antara RI dan GAM kala itu.

"Pemerintah pusat jangan main-main soal ini, dan jangan tunggu rakyat Aceh marah," tegas gubernur.

Jika turunan UUPA tersebut tidak tuntas, Zaini sangat mengkhawatirkan kedepan rakyat Aceh akan kehilangan kepercayaan kepada pemerintah pusat, dan bukan tidak mungkin hal ini akan kembali membuat masyarakat marah dan kembali mengangkat senjata.

Deif, Sang Master Strategi Brigade Al-Qassam


Intelejen Israel empat kali mencoba membunuhnya, tapi gagal. Setelah itu dia menghilang.

Ketika Israel menyerang Jalur Gaza, dan melakukan invasi darat, dia menggerakan unit-unit kecil Brigade Al-Qassam dari satu ke lain terowongan, menyergap dan melumpuhkan lawan.

Dia adalah Mohammed Deif.

Tidak ada yang tahu bagaimana rupa Deif saat ini. Sumber-sumber di Hamas menyebutkan Deif kini berusia 50 tahun, dengan tubuh tidak lagi utuh.

Sebuah video yang diambil tahun 2002 memperlihatkan wajah Deif berlumur darah. Ia terduduk seperti orang kebingungan. Seorang pria membawanya menjauh dari mobil yang hancur terkena rudal Israel.

Tidak ada informasi upaya pembunuhan Israel yang ke berapa saat video itu dibuat. Yang pasti, Deif terus diburu, dan selalu lolos dari maut.

Hamas tidak pernah mengeluarkan pernyataan soal kesehatan Deif. Laporan di Tel Aviv menyebutkan Deif kehilangan mata, dan kedua kakinya.

Laporan lain, masih dari pihak Israel, menyebutkan Deif bersembunyi di terowongan selama bertahun-tahun dan tak pernah keluar. Namun sebuah gambar memperlihatkan Deif mengikuti parade Al Qassam.

Saat Israel melancarkan pemboman ke Jalur Gaza, dan kehilangan 64 tentara selama invasi darat, militer Israel yakin Deif berada di belakang semua operasi Brigade Al-Qassam.

Hamza Abu Shanab, salah seorang petinggi Hamas, mengatakan konsep terowongan lahir dari kepala Deif. Sumber lain menyebutkan Deif menonjol di antara perwira Hamas sejak kali pertama bergabung tahun 1990-an.

Ehud Yaari, dari Institute for Near East Policy di Washington, yakin Deif adalah master di belakang militer Hamas. "Banyak yang tidak menyadari, karena Deif telah lama menghilang," ujar Yaari.

Malaikat Maut Tentara Israel

Deif lahir di kamp pengungsi Khan Younis. Sumber-sumber Hamas menyebutkan Deif lahir dari keluarga miskin. Ayahnya seorang tukang pelapis perabot rumah tangga, tapi punya cita-cita menyekolahkan anak-anaknya sampai jenjang universitas.

Cita-cita sang ayah kesampaian. Deif masuk Universitas Islam di Gaza. Dia belajar fisika, kimia, biologi, dan seni.

Khusus yang terakhir, Deif aktif dalam Komite Hiburan Universitas. "Ia beberapa kali tampil di panggung memainkan komedi. Ia berbakat," ujar sebuah sumber Hamas.

Deif berubah menjadi radikal ketika Intifadah pertama meletus tahun 1987. Dua tahun kemudian Deif ditangkap Israel dan dipenjara satu tahun.

Keluar dari penjara, Hamas merekrutnya. Deif menjadi komandan pasukan bunuh diri, dan menjadi figur paling dicari intelejen Israel.

Yoram Schweitzer, dari Israel's Institute for National Security Studies, menggambarkan Deif sebagai kepala staf dan menteri pertahanan Hamas. "Kepribadian dan pengalaman tempurnya membuat Deif menjadi musuh paling berat bagi Israel," ujarnya.

Satu hal yang membuat Deif dihormati di Hamas adalah tidak punya ambisi politik. "Ia lebih memilih fokus pada isu militer," ujar Shanab.

Hamas adalah organisasi banyak kepala, dengan beberapa pemimpinnya tidak berada di Jalur Gaza. Khaled Mishaal, misalnya, menjalankan Hamas dari Qatar. Lainnya berada di penjara Israel.

Deif memiliki hak veto di dewan kepemimpinan. Jadi, menurut Shanab, setiap keputusan harus diambil bersama dan mendapatkan dukungan terbanyak.

Namun Yaari yakin Deif, dan kelompok bersenjata Hamas, adalah kekuatan utama dalam setiap pengambilan keputusan kolektif. "Deif memiliki hak veto, tapi tidak sering menggunakannya," ujar Yaari.

Mishaal mengabaikan Deif, ketika menerima gencatan senjata yang menyebabkan perundingan langsung Israel-Palestina di Kairo. Deif tidak sakit hati. Ia tetap fokus pada isu militer, jika gencatan senjata gagal.

Emad Akel, pemimpin sayap bersenjata Hamas di Jalur Gaza, adalah mentor Deif. Akel dibunuh Israel tahun 1993.

Deif belajar merakit bom dari Yehya Ayyash, yang dikenal dengan julukan The Engineer, dan salah satu pendiri Brigade Al-Qassam. Ayyash dibunuh Israel tahun 1996 lewat telepon seluler yang dipasangi bom.

Petinggi Hamas menyebut Deif sebagai sosok manusia yang terbuat dari baja dingin. Saat menjadi prajurit, Deif bisa berhari-hari di tempat persembunyian, menunggu tentara Israel dan menembaknya.

Saat dirinya tahu menjadi sasaran nomor satu militer zionis, Deif tahan tidak keluar terowongan bermingu-minggu. Ia dikelilingi orang kepercayaan yang menjadi mata dan telinga.

Ia tahu situasi di sekujur Jalur Gaza. Ia mencium setiap gerakan pasukan Israel, dan cara menjebaknya. Deif adalah hantu bagi Israel. (*inl)