©inilah |
Anggota urusan luar negeri Partai Kebebasan dan Keadilan Mesir yang merupakan kendaraan politik Ikhwanul itu, diterima oleh ketua PP Muhamadiyah Din Syamsudin dan ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH.M. Ahmad Sahal Mahfudz.
Selama pertemuan, Al Watidi menjelasakan apa sebenarnya yang terjadi di Mesir. Al-Watidi memulai diskusi dengan menjelaskan sejarah dari Ikwanul Muslimin yang merupakan organisasi yang baru saja lepas dari pengekangan pemerintah Mesir 2011 lalu.
Sebelumnya organisasi ini sempat coba dibubarkan oleh Pemerintahan Mesir. Sehabis menjelaskan sejarah dari Ikhwanul Muslimin barulah dia menjelaskan apa yang menyebabkan pertumpahan darah di Mesir tak kunjung berakhir.
"Mesir pada waktu dulu merupakan negara yang terkekang dan kami melalui Ikhwanul Muslimin berhasil mengubah Mesir dengan kemenangan demokratis dari Mohamed Morsi dan karena mereka (militer) hilang kekuatan dan tidak meresa nyaman dengan perubahan pihak militer mulai mengintervensi pemerintahan Morsi," ujar al-watidi, di Jakarta, Rabu (4/9/2013).
Dia menjelaskan, Morsi juga mengajak militer khusunya pemimpinnya Abdel Fatah el-Sisi untk segera melaksanakan perubahan segala sistem di Mesir. Tetapi ajakan itu ditanggapi dengan santai oleh el-Sisi dan mengatakan kalau perubahan akan memakan waktu yang lama.
Setelah ajakan perubahan ditolak el-Sisi, beberapa saat setelah itu Morsi langsung dijatuhkan dari kursi presiden. Al-watadi juga sangat meyakini kalau aksi unjuk rasa anti Morsi sudah didiomplengi oleh pihak militer itu.
El-Watidi juga sangat menyesalkan Mesir harus penuh darah akibat lengsernya Morsi karena kericuhan dengan militer. Dengan yakin melihat kondisi sekarang dia berkata, "kalian bisa liat siapakah teroris sebenarnya?" tutup el-Watidi. | ATJEHCYBER
(*/okz)
0 comments:
Posting Komentar