Namanya Farah Baker. Melalui akun Twitter-nya, @Farah_Gazan, gadis 16 tahun itu berbagi pengalaman, kisah sedih, kekhawatiran, horor, dan teror yang ia rasakan di kampung halamannya: Gaza, Palestina.
"Roket dan percikan api seperti hujan deras yang mengguyur di Bulan Januari," tulis dia, seperti Liputan6.com kutip dari akun Twitternya. "Meski malam ini adalah yang terburuk bagi seluruh rakyat Gaza, kami akan tetap kuat dan bertahan."
Apa yang dilakukan Farah menuai simpati ribuan pengikut, pesannya juga diposting ulang di Twitter -- terutama setelah ia mengisahkan teror yang ia rasakan malam itu, saat ia berada di dalam kamar, sementara roket-roket membombardir Gaza. Langit merah membara.
"Aku mungkin mati malam ini," tulis dia.
Remaja perempuan itu memposting ekspresi kemarahannya, video api dan asap hitam akibat ledakan di langit malam, suara bom dan rudal yang menggelegar saat melesat di udara, menghantam target yang sama sekali tak bisa diduga -- rumah warga, RS, masjid, pemakaman, jalan raya, sekolah PBB yang digunakan sebagai lokasi pengungsian, tepi pantai, warung tempat orang nonton bola, atau taman tempat anak-anak sedang bermain.
Sejumlah orang meragukan validitas Twitter Farah, sementara lainnya meminta ia terus mengaktifkan akun media sosialnya.
"Mari kita berharap, ia bisa melewati malam ini dengan selamat," kata pengguna Twitter, Christina Greig, seperti dimuat News.com.au, Selasa (29/7/2014)
Farah Baker diketahui telah menggunakan situs mikroblog tersebut untuk menceritakan hidupnya di Gaza sejak 2012.
0 comments:
Posting Komentar