Sukses para jihadis merebut kota terbesar kedua Irak, Mosul, dan penguasaan di wilayah utara lainnya membawa para Jihadis lebih dekat dengan tujuan mereka membangun sebuah negara Islam lintas batas.
Memiliki ribuan tentara arab dan asing dan seorang komandan kharismatik, didesain mirip dengan kepemimpinan al-Qaeda, Islamic State of Iraq and the Levant or Sham (ISIL/ISIS) telah menjadi ancaman terbesar setiap pemerintahan sekuler di wilayah tersebut.
ISIL kini terus memperluas pengaruhnya di wilayah Irak dan Suriah, Jihadis ISIL sedang berusaha mendirikan sebuah kekhalifahan Islam yang baru (Daulah Islamiyah).
***
SERANGAN besar oleh para jihadis, yang dipelopori kelompok ISIL/ISIS, adalah pukulan telak bagi pemerintah Irak sekaligus memperlihatkan kelemahan pasukan keamanan, yang kini berjuang untuk merebut kembali wilayah yang hilang.
Para jihadis menyerbu Mosul, dan mengambilalih kota itu pada hari Selasa setelah pasukan keamanan Irak meninggalkan seragam dan kendaraan untuk melarikan diri.
Para jihadis kemudian menyerbu provinsi sekitar Nineveh serta wilayah bagian tetangga provinsi Kirkuk dan Salaheddin.
"Kekalahan di provinsi Nineveh menciptakan sebuah koridor bagi para pejuang antara (provinsi) Anbar, Mosul dan perbatasan Suriah yang akan membuatnya menjadi lebih mudah untuk menyelundupkan senjata, uang dan para pejuang diantara front-front perang yang berbeda," kata John Drake, seorang analis keamanan di AKE Group.
Anbar, di sebelah selatan Nineveh, adalah provinsi lain di mana kelompok militan anti-pemerintah Syiah Irak menguasai sejumlah wilayah termasuk satu kota yang dikuasai seluruhnya dan kota kedua hanya setengah dikuasai. Para jihadis juga menguasai teritorial penting di sebelah timur Suriah.
"ISIL… selalu ingin mengontrol wilayah dan menciptakan sebuah emirat Islam, di mana mereka bisa memberlakukan hukum (Islam) dan mendirikan pusat-pusat pelatihan dan merencanakan serangan untuk memelihara momentum perang," kata Drake.
"Perang saudara di Suriah memberi para pejuang ini kesempatan untuk mengamankan wilayah seperti itu. Keberhasilan mereka dalam melakukannya kelihatannya akan memperbesar semangat para pendukungnya yang menyadari bahwa itu adalah target yang bisa tercapai."
Negara Islam lintas batas
ISIL, kini menjadi kelompok militan paling kuat di Irak, juga adalah kekuatan kunci diantara para jihadis yang memerangi rezim presiden Bashar al-Assad di negara tetangga, Suriah.
April lalu, mereka melancarkan operasi di provinsi Deir Ezzor Suriah, yang berbatasan dengan Nineveh, yang bertujuan untuk membentuk sebuah negara Islam.
Kelompok itu mengatakan mereka berada di balik serangan di Nineveh, dalam sejumlah pesan di Twitter, namun kelompok-kelompok lain mungkin juga terlibat dalam penyerbuan.
"Kelompok bersenjata ingin mendirikan sebuah negara Islam," yang akan memasukkan Mosul, provinsi Salaheddin, Diyala dan Anbar, ditambah Deir Ezzor dan Raqqa di Suriah, kata Aziz Jabr, seorang profesor ahli politik di Baghdad's Mustansiriyah University.
Dia juga mencatat bahwa "jatuhnya provinsi seperti Nineveh mencerminkan sebuah ancaman yang sangat berbahaya atas keamanan nasional Irak."
Michael Knights, seorang pengajar di Washington Institute for Near East Policy, mengatakan para jihadis "ingin membebaskan secara permanen wilayah di Irak sama seperti yang mereka lakukan atas Raqqa di Suriah," katanya merujuk kepada sebuah kota bagian utara yang dikuasai para pejuang.
"Pergeserannya sekarang menjadi ke arah operasi-operasi penguasaan wilayah yang lebih ambisius, yang merupakan sebuah taktik beresiko tapi kini terbayar lunas. Operasi Mosul dan yang lainnya bulan ini tempaknya menjadi pembuka bagi serangan baru ISIL," kata Knights.
Operasi-operasi itu menampilkan kekuatan ISIL yang sesungguhnya, katanya.
"Untuk melakukan satu operasi luas pengambilalihan kota seperti Juni ini kelihatannya masih belum terpikirkan dua tahun lalu, kini mereka bisa melakukan beberapa operasi dalam waktu dekat secara simultan di seluruh Irak," kata dia.
Pasukan keamanan sejauh ini gagal memaksa para militan keluar dari kota seperti Falujjah dan beberapa bagian di ibukota provinsi Anbar, Ramadi, yang direbut kelompok anti-pemerintah sejak awal tahun.
Mosul adalah kota yang jauh lebih besar, dan pengambil-alihannya serta wilayah-wilayah lain yang baru-baru ini jatuh ke tangan jihadis merupakan sebuah tantangan besar bagi pasukan keamanan Irak, yang menghadapi masalah signifikan karena kekurangan latihan dan masalah disiplin.
"Baghdad kini akan takut bahwa ini bisa terjadi di (wilayah) mana saja," kata Knights.
Drake mencatat bahwa pengambil-alihan oleh jihadis ini akan menjadi "sebuah pukulan besar bagi moral pasukan keamanan," Sementara Knights menyebutnya sebagai "bencana keruntuhan" dalam menghadapi serangan para Jihadis. (*dw.de/hd)
0 comments:
Posting Komentar