Lima tahun memadu kasih Mahmoud Mansour dan Morel Malka, Akhir pekan lalu keduanya menikah. Setengah warga Israel marah, tapi PM Benjamin Netanyahu bungkam.
Mansour adalah warga Israel keturunan Arab. Malka asli Yahudi. Keduanya tinggal di Jaffa.
Jerusalem Post memberitakan Malka bersedia menjadi Muslim, yang memungkinkan pernikahan terjadi. Mansour tidak mungkin menjadi Yahudi karena dia bukan anak Bani Israil.
Keduanya menolak jalan tengah; meninggalkan agama masing-masing, dan menikah secara Kristen.
Akad nikah keduanya berlangsung usai shalat Jumat (15/8). Sesuai UU Israel, keduanya juga harus mencatatkan pernikahan -- dengan mengucapkan janji -- di Pengadilan Rishon Lezion Magistrate.
Sehari sebelum pesta pernikahan, Lehava -- organisasi Yahudi yang menentang perkawinan antarras -- memposting undangan di Facebook dan menyerukan aksi demo besar-besaran.
Pengadilan Rishon Lezion Magistrate mengatakan Lehava boleh berdemo, tapi 200 meter dari gedung pernikahan yang ditentukan kepolisian.
Mansour dan Malka menyewa 14 tukang kepruk pribadi yang menjaganya. Kepolisian Distrik Rishon Lezion mengerahkan puluhan satuan elit polisi dan polisi penjaga perbatasan, untuk mengamankan pernikahan keduanya.
Mansour mengenakan pakaian santai dan casual. Malka mengenakan gaun pernikahan ala Barat.
Kepada Channel 2, Mansour mengatakan; "Kami tinggal di Jaffa. Setengah penduduk Jaffa adalah Arab, lainnya Yahudi. Kami hidup berdampingan secara damai."
Malka mengatakan; "Apa yang salah dari pernikahan kami. Kami hanya manusia yang saling mencintai." Menurut Mansour, dirinya harus berterima kasih kepada Lehava, yang memberikan publikasi gratis.
Berkat kemarahan Lehava seluruh Israel tahu adanya pernikahan antarras, yang membuat ucapan selamat dari petinggi negeri itu berdatangan. Presiden Israel Reuven Rivlin, misalnya, mengirim ucapan selamat
"Tidak ada ruang untuk rasisme di masyarakat demokratik. Selamat kepada Mansour dan Malka," tulis presiden di Facebook.
Menteri Kesehatan Yael German dan anggota perlemen Yesh Atid juga menyampaikan ucapan selamat dalam telegram pribadi. Namun PM Benjamin Netanyahu, menurut surat kabar Haaretz, memilih bungkam.
Tidak sulit menari sebab mengapa Netanyahu bungkam. Yeir Netanyahu, putra sang perdana menteri, juga jatuh ke pelukan non-Yahudi, yaitu seorang gadis Norwegia bernama Sandra Leikanger.
Moshe Gafni, anggota parlemen dari United Torah Judaisme, mengkritik perkawinan ini. "Untuk saat ini ada bahaya asimilisasi bagi masyarakat Yahudi," ujar Gafni. "Perkawinan ini memalukan dan melanggar tradisi Yahudi, serta kelanjutan generasi."
Rabbi Ronen Neuwirth, direktur Beit Hillel, mengkritik perkawinan itu dan mengecam cara-cara Lehava memperjuangkan penolakan kawin campur. Menurutnya, memerangi perkawinan antarras harus terarah dan lewat pendidikan masyarakat.
Benzi Gopstein, direktur Lehava, mengatakan; "Adalah penting perkawinan seperti ini tidak berlangsung begitu saja tanpa protes."
Israel, kata Gopstein, menginvestasikan miliaran shekel untuk menentang asimilasi di dalam masyarakat diaspora Israel di mana pun. "Jadi, bagaimana mungkin kami membiarkan fenomena perkawinan Arab-Israel di Israel," ujarnya.
Sikap Gopstein didukung Rabbi Meir Kahane, dan siapa pun yang mengikuti jalan kerabian. Salah satunya jaksa Itamar Ben-Gvir, yang mendukung aksi protes Lehava.
Perkawinan berlangsung sesuai rencana. Mansour menggandeng sang istri, dan mengucapkan janji di depan petugas catatan sipil. Ada pesta kecil di dalam gedung.
Di luar gedung, ratusan pendukung Lehava menggelar aksi protes yang menjurus brutal. Polisi menahan enam orang, dan membubarkan lainnya dengan kekerasan.
Ketika keduanya meninggalkan arena pesta, pendemo berteriak berteriak di depan Malka; "Kami masih berperang dengan Hamas, kau menikahi orang Arab."
Jika Malka dikecam orang Yahudi, Mansour diserang orang-orang Arab lewat media sosial. Bahkan, setengah keluara Mansour tidak menyetujui pernikahan ini. (*inl)
0 comments:
Posting Komentar