SEORANG pejabat senior Palestina, Sabtu, menegaskan tak mungkin mencapai kesepakatan perdamaian dengan Israel tanpa memasukkan Jerusalem Timur sebagai Ibu Kota Negara masa depan Palestina.
Nabil Abu Rdeinah, Asisten Presiden Palestina Mahmoud Abbas Urusan Media, mengatakan di dalam satu pernyataan pers yang dikirim melalui surel, Palestina takkan pernah menerima apa pun jika Jerusalem Timur tidak menjadi negara masa depan bangsa itu.
Abu Rdeinah mengomentari pernyataan yang sebelumnya dikeluarkan oleh Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, yang mengatakan ia menolak merundingkan masalah Jerusalem.
Israel menganggap seluruh Jerusalem, termasuk bagian timurnya --yang direbut pada 1967, sebagai Ibu Kota Abadi Negara Yahudi, sementara Palestina ingin bagian timur kota suci tersebut menjadi ibu kota negara mereka.
"Kami menolak untuk menghapuskan setiap masalah utama status permanen, terutama Jerusalem dan hak pengungsi Palestina untuk pulang, dan juga pembebasan semua tahanan Palestina dari penjara Israel," kata Abu Rdeinah, sebagaimana dikutip Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Sabtu malam.
Pada Jumat pagi (10/1), surat kabar Israel Haaretz Daily melaporkan Netanyahu memberitahu para menteri di dalam Partai Likudnya, yang berkuasa, ia akan menolak dimasukkannya Jerusalem Timur dalam kesepakatan kerangka kerja perdamaian. Amerika Serikat sedang berusaha menengahi kesepakatan semacam itu antara Israel dan Palestina.
Sementara itu, Presiden Palestina Mahmoud ABbas, Sabtu, berikrar akan menanggapi kegiatan permukiman Yahudi yang berlanjut di tanah Palestina yang diduduki oleh negara Yahudi dalam waktu 48 jam.
Ia mengecam Israel karena mengumumkan pembangunan 1.400 rumah lagi di Tepi Barat Sungai Jordan dan Jerusalem Timur sebagai imbalan bagi pembebasan tahanan Palestina.
"Ini salah dan kami akan mengeluarkan tanggapan untuk ini," kata Abbas, saat berbicara di hadapan delegasi yang mewakili warga Jerusalem Timur, yang dipandang sebagai Ibu Kota masa depan Negara Palestina.
Palestina menekankan pembebasan 104 tahanan lama Palestina dari penjara Israel bukan tebusan bagi toleransi untuk membangun rumah lagi di permukiman Yahudi tapi penghentian upaya mereka untuk bergabung dengan organisasi internasional. (*ANT)
0 comments:
Posting Komentar