Dua wartawan dan seorang supir yang bekerja untuk stasiun televisi Jerman diserang oleh sekelompok orang di Kairo, Jumat, ketika mereka meliput ledakan bom mobil di kantor polisi di ibu kota Mesir tersebut, kata televisi itu.
Massa yang marah mendatangi ketiga orang itu -- seorang juru kamera, produser dan supir -- dan menyebut mereka sebagai "pengkhianat" dan "antek-antek dari Ikhwanul Muslimin", kata televisi ARD di situs beritanya, lapor AFP.
Dua orang dirawat di rumah sakit karena luka-luka yang parah, kata ARD.
Mereka berusaha melarikan diri namun dikejar oleh massa, yang memukuli mereka dan menyerang mereka dengan benda-benda tajam.
Orang-orang itu selamat berkat polisi berpakaian sipil yang melepaskan tembakan ke udara untuk membubarkan massa.
Enam orang tewas dalam empat ledakan di Kairo pada Jumat, menjelang peringatan pemberontakan 2011 yang menggulingkan Hosni Mubarak dari kekuasaan.
Dalam sebuah pernyataan, Kementerian Luar Negeri Jerman mengutuk serangan itu dan mengungkapkan "kekhawatiran serius" mengenai keadaan di Mesir.
Pada Desember, pemerintah Mesir mengumumkan Ikhwanul Muslimin sebagai organisasi teroris dan melarang keanggotaan dan dukungan bagi gerakan tersebut.
Pengumuman Ikhwanul Muslimin sebagai kelompok teroris pada 25 Desember disampaikan sehari setelah serangan bom mobil bunuh diri terhadap kantor polisi menewaskan 16 orang, yang diklaim oleh sebuah kelompok Sinai dan dikecam oleh Ikhwanul Muslimin.
Militan meningkatkan serangan terhadap pasukan keamanan setelah militer menggulingkan Presiden Mesir Mohamed Morsi pada 3 Juli.
Penumpasan militan yang dilakukan kemudian di Mesir menewaskan ratusan orang dan lebih dari 2.000 ditangkap di berbagai penjuru negara itu.
Kekacauan meluas sejak penggulingan Presiden Hosni Mubarak dalam pemberontakan rakyat 2011 dan militan meningkatkan serangan-serangan terhadap pasukan keamanan, terutama di Sinai di perbatasan dengan Israel.
Militan-militan garis keras yang diyakini terkait dengan Al Qaida memiliki pangkalan di kawasan gurun Sinai yang berpenduduk jarang, kadang bekerja sama dengan penyelundup lokal Badui dan pejuang Palestina dari Gaza.
Militan di Sinai, sebuah daerah gurun di dekat perbatasan Mesir dengan Israel dan Jalur Gaza, menyerang pos-pos pemeriksaan keamanan dan sasaran lain hampir setiap hari sejak militer menggulingkan Presiden Mohamed Morsi pada 3 Juli.
Sumber-sumber militer memperkirakan, terdapat sekitar 1.000 militan bersenjata di Sinai, banyak dari mereka orang suku Badui, yang terpecah ke dalam sejumlah kelompok dengan ideologi berbeda atau loyalitas suku, dan sulit untuk melacak mereka di daerah gurun itu. (*ANT)
0 comments:
Posting Komentar