[ABABIL BACA] Ini 3 Masalah Pokok yang Perlu Diperangi Remaja


Di tahun 2020 nanti, Indonesia diperkirakan akan mengalami peningkatan jumlah penduduk usia produktif. Artinya, dalam waktu kurang dari 10 tahun, Indonesia diharapkan dapat menjadi maju jika penduduk usia produktifnya benar-benar berkualitas.

Remaja yang kurang berkualitas justru akan menambah rumit permasalahan di kemudian hari. Oleh karena itu, pemberdayaan remaja menjadi pekerjaan besar yang sedang digarap BKKBN (Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional).


"Ada 3 hal yang perlu diperangi remaja sekarang, yaitu seks bebas, narkoba Napza dan HIV/AIDS," kata Sudibyo Ali Moeso, Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga BKKBN dalam acara Generasi Berencana (GenRe) Goes to School yang diselenggarakan di SMAN 1 Terbanggi Besar, Lampung Tengah, Kamis (22/11/2012).

Sudibyo menuturkan, ketiga hal ini amat penting karena menurut hasil penelitian UI dan Australia, sebanyak 20,9% remaja putri sudah hamil sebelum menikah. Sedangkan data dari BNN (Badan Narkotika Nasional) menunjukkan sebanyak 45% orang yang tertangkap karena kasus narkoba adalah remaja. Data dari Kementerian kesehatan juga menegaskan bahwa 21% kasus HIV/AIDS menyerang remaja.

Untuk mengkampanyekan kewaspadaan terhadap 3 hal tersebut, Sudibyo mengkampanyekan salam khusus. Jika dalam program KB untuk keluarga dikenalkan salam yang membentuk angka 2 dengan maksud 'Dua Anak Cukup', maka untuk remaja dikenalkan salam GenRe atau Generasi Berencana.

Bentuknya adalah membentuk angka 3 dengan jari, dengan jari jempol disatukan dengan jari telunjuk sehingga seolah-olah membentuk angka 3 dan 0. Salam ini semenjak diperkenalkan di tahun 2011 selalu dikampanyekan dalam setiap program BKKBN yang menyentuh remaja.

"Kita juga membentuk Pusat Informasi dan Konseling (PIK) di sekolah-sekolah dan universitas, juga melakukan gathering antar remaja. Bukan hanya di sekolah atau universitas yang bersangkutan, tetapi juga mengundang sekolah-sekolah lain agar cepat menyebar dan gaungnya menjadi luas bahwa masalah remaja adalah masalah serius yang perlu ditangani bersama," kata Sudibyo.

Program PIK ini dibentuk karena melihat realitas bahwa remaja memiliki problematika yang kompleks, namun lebih suka menceritakan masalahnya kepada teman ketimbang guru atau orang dewasa lainnya. Dengan memberikan ketrampilan konseling kepada remaja, diharapkan remaja yang menjadi teman curhat dapat memberikan solusi yang cerdas.

Praktiknya, BKKBN memberikan pelatihan dan menyediakan tenaga profesional seperti psikolog kepada kader-kader PIK. Di tahun 2015 nanti, diharapkan seluruh sekolah di Indonesia akan memiliki PIK. Sampai saat ini, diperkirakan baru 70% sekolah di Indonesia yang memiliki PIK.

"Sampai saat ini, ada 16.000 PIK di seluruh Indonesia yang juga tersebar di 2000 pesantren dan 400 kampus. Program PIK ada di seluruh Indonesia, tapi untuk program Goes to School kita cari sekolah unggulan yang memang ada kriteria juaranya. Selain sebagai penghargaan, juga untuk merangsang sekolah lain yang kurang semangat," imbuh Sudibyo.

Selain menyelenggarakan program PIK, ada juga program Bina Keluarga Remaja bagi orang tua remaja agar orang tua bisa 'nyambung' jika berbicara dengan anak-anaknya. Orang tua biasanya kurang begitu memahami bahasa remaja sehingga mengganggu komunikasi dan remaja cenderung tertutup kepada orang tuanya.

0 comments:

Posting Komentar