Dr. Ayedah Najjar
Pemikiran Zionis – seperti yang kita kenal dalam sejarah – memulai dari harta dan menguasai opini public. Dari sana mereka menambah pundi-pundi harta benda. Demikian halnya dengan permasalahan Palestina. Ketika konglomerat Yahudi ingin membeli dua Koran besar itu, mereka bukan berarti tanpa tujuan. Mereka ingin menguasai harta dengan cara apapun dari perusahaan keuangan, perdagangan dan hiburan, disamping juga perusahaan media massa, yang merupakan alat terbesar dalam industry opini.
Karena itu, Yahudi juga nafsu untuk menguasai dua Koran besar itu untuk digunakan dalam menghapus fakta-fakta kejahatan 'Israel' terhadap bangsa Arab dan menghentikan kritikan terhadap Negara Zionis itu. Sebab sejumlah media massa di Amerika dan Eropa mengkritik keras kejahatan 'Israel' pasca perang ke Gaza.
Kita sudah mengetahui dalam sejarah, bahwa media mssa menjadi alat klasik dan modern yang digunakan oleh zionisme internasional dalam propaganda mendirikan Negara kebangsaan Yahudi "'Israel" di Palestina. Melalui media massa pula, Yahudi berasil mempengaruhi dunia agar mereka mau menyetujui mereka eksodus ke Palestina "tanah yang dijanjikan" sesuai dengan mitos Talmud.
Dengan harta yang digelontorkan kepada pendiri Negara Yahudi dari kalangan konglomerat Yahudi seperti Rothschild di Inggris yang mampu mencuri tanah milik bangsa Arab Palestina dan mendirikan pemukiman-pemukiman dan menarik Yahudi dunia ke pemukiman itu. Dengan harta dan menggunakan falsalah propaganda serta mempengaruhi opini public, gerakan Zionis mampu meyakinkan kalangan Yahudi sendiri bahwa Palestina adalah "tanah tanpa bangsa untuk bangsa tanpa tanah".
Secara sistematis, Zionisme internasional bekerja untuk merencanakan dan membuat politik khusus buat 'Israel' yang disosialisasikan di dunia. Jangan lupa dengan Herzl adalah seorang wartawan Austria gaek yang mendirikan gerakan Zionisme internasional. Sejak awal dia memahami pentingnya uang. Sehingga ia mencari para konglomerat untuk mendanai proyek kolonialisme dan mampu menarik para pemikir dan konglomerat Yahudi Eropa.
Dalam sejarahya, Yahudi memiliki media massa dan perusahaan telekomunasi paling banyak di Eropa dan Amerika secara khusus. Seperti imperium media massa Murdoch, Yahudi Australia Amerika yang memiliki lebih dari 800 perusahaan media massa di 50 negara yang semuanya menganut politik berpihak kepada 'Israel' dan membelanya meski dengan segala kejahatan dan penjajahannya dan melakukan permainan manipulasi opini public serta pembelaannya terhadap politik rasis penebar permusuhan.
Meski ada perubahan media massa klasik dan perannya yang makin termarginalkan, media massa modern yang juga luas penyebarannya lintas benua mengingatkan kita akan pentingnya media massa yang seharusnya menyampaikan fakta.
Washington Post yang kini dibidik Yahudi adalah media yang sangat professional. Koran ini yang mengungkap skandal Water Jett yang terkenal itu dan memaksa Richart Nicon untuk mundur dari jabatannya. Kita berharap agar media massa seperti ini tidak jatuh ke tangah konglomerat Zionis sehingga hanya menjadi corong 'Israel'.
Sebagai pembela dan pejuang Palestina, kita harus bekerja sebagai jurnalis professional yang bisa menyampaikan opini dan meluruskan opini negative tentang dunia Islam dan memblowup isu Palestina serta membantah kebohongan 'Israel'. (Dostour Yordania/at/infopal.com)
0 comments:
Posting Komentar