Tawarkan Konpensasi Korban HAM, Prabowo Seperti Pedagang


Prabowo dinilai lebih bersikap seperti pedagang ketimbang negarawan. Ini terlihat dari caranya dalam menyelesaikan kasus-kasus yang terkait pelanggaran HAM. Alih-alih menempuh jalur peradilan, Prabowo justru memilih jalan pemberian kompensasi dalam bentuk materi (uang).

Calon presiden dari Partai Gerindra, Prabowo Subianto bersumpah dirinya tak terlibat dalam Tragedi Trisakti 12 Mei 1998.

Aktivis hukum dan HAM Hilal Ramadhan dari PUSKAMRA (Pusat Kajian Hukum dan HAM Nusantara) mengatakan Prabowo Subianto dinilai lebih bersikap seperti pedagang ketimbang negarawan.

"Ini terlihat dari cara-caranya dalam menyelesaikan kasus-kasus yang terkait pelanggaran HAM. Alih-alih menempuh jalur peradilan, Prabowo malah memilih jalan pemberian kompensasi dalam bentuk materi", katanya.

"Pedagang itu bicaranya jual-beli. Negarawan mengutamakan adanya keadilan secara hukum," kata Hilal Jum'at, (16/5).

Sebagaimana diberitakan, Prabowo baru-baru ini menawarkan untuk memberikan pembiayaan kepada keluarga korban sebagai upaya membersihkan diri. Tawaran ini secara tegas telah ditolak Maria Katarina Sumarsih, ibunda BR Norma Irawan atau Wawan, yang anaknya tewas dalam kasus Semanggi I.

Pendapat Hilal, upaya memberi pembiayaan (nafkah) ini harus dipandang sebagai trik politik alih-alih sebagai bentuk penyesalan dan atau rasa simpati. Ini menunjukkan Prabowo menyadari bahwa pada Pilpres 2009 ini isu HAM menjadi batu sandungannya untuk menjadi presiden RI berikutnya.

"Kalau Prabowo peduli dan atau menyesal, hal seperti ini seharusnya dia lakukan sejak dulu," ucapnya.

Praktik pemberian nafkah bisa efektif membungkam mulut korban. Hilal menduga, beberapa aktivis korban penculikan yang kini bergabung di Gerindra diselesaikan dengan cara seperti ini. Tapi, tak selamanya cara ini bisa diterapkan. Terutama jika para korban tidak berpikir seperti halnya Prabowo.

"Banyak orang bersikap keadilan tidak bisa ditukar dengan uang," katanya. (*indopol)

0 comments:

Posting Komentar