Jika pelarangan impor gas Rusia dalam jangka panjang diterapkan oleh UE, yang bakal menangis melolong adalah industri yang lahap menenggak gas seperti industri baja dan petrokimia di Eropa, tulis Fitch.
Menurut laporan tersebut, sebetulnya Eropa cukup mempunyai fasilitas regasifikasi gas alam cair (LNG) untuk menggantikan pasokan gas Rusia.Tapi kebanyakan fasilitas itu berlokasi di Eropa Selatan dan Inggris, sehingga wilayah Eropa Tengah dan Timur tetap sangat bergantung pada pasokan gas Rusia.
Apa lagi, kebutuhan gas Eropa secara total mencapai 50 persen kebutuhan LNG dunia, yang terikat dengan kontrak pasokan gas dalam jangka panjang, baik dengan Rusia atau negara mana pun. Artinya, menurut Fitch, harga gas pasti naik secara signifikan jika UE memang menerapkan larangan impor gas Rusia. Kenaikan harga gas juga pasti memicu kenaikan harga jual listrik, batubara, dan minyak.
Larangan impor gas Rusia mungkin bakal diterapkan jika krisis yang kini melanda Ukraina makin memburuk. Namun laporan Fitch tersebut menyodorkan skenario yang jauh lebih masuk akal; bahwa akan ada kekacauan sementara pasokan gas yang melewati Ukraina.
Eropa kini bersiap diri mengantisipai perkembangan Ukraina dengan menumpuk cadangan bahan bakar minyak dan berencana mengalihkan jalur pipa gas. Tapi semuanya akan memakan waktu dan Eropa keburu menjerit kekurangan gas.
Bulan lalu, negara-negara Barat akan mengenakan sanksi terhadap sejumlah pejabat dan bisnismen Rusia, termasuk pembekuan aset dan larangan memperoleh visa. Bahkan sebagian politikus Barat mengancam akan mengenakan sejumlah sanksi terhadap Rusia, sementara negara-negara Eropa lainnya menyatakan sanksi tersebut tak akan mengendurkan tensi di Ukraina.
Moskow sudah mewanti-wanti bahwa pembicaraan sanksi semacam itu "tidak pas dan kontraproduktif" dan mengingatkan para mitra Baratnya mengenai "efek bumerang" akibat pengenaan sanksi tersebut. Sejumlah pejabat UE berbicara lantang menentang sanksi yang lebih luas terhadap Rusia, karena buntutnya bakal berimbas terhadap perekonomian negara-negara anggota UE.
Kini menjadi jelas manuver pemerintahan Obama berupaya berbaik diri terhadap Iran. Selain ingin melepaskan ketergantungan Eropa terhadap gas Rusia, Obama juga mungkin dikompori perusahaan-perusahaan minyak dan yang pasti AS ngiler dengan sumber daya minyak dan gas Iran.
Pada kondisi seperti yang dibeberkan Fitch, sungguh Eropa terlihat merana tanpa pasokan gas dari Rusia. Meskipun punya fasilitas regasifikasi LNG atau membelokkan jalur-jalur pipa di Ukraina, pasti bakal menganggu pasokan gas yang dibutuhkan oleh industri dan rumah tangga Eropa.
Kini di mata AS sangatlah penting mendekati Iran di bawah pemerintahan Hassan Rouhani yang tergolong moderat dibanding pemerintahan Mahmoud Ahmadinejad yang sangat kolot dan tak becus mengurus perekonomian.
Tak heran, tiba-tiba muncul jet pribadi berbendera AS di Teheran yang kemungkinan besar urusannya tak jauh-jauh dari minyak dan gas. Iran memiliki cadangan minyak terbukti (proven) nomor empat terbesar di dunia, serta cadangan gas alam nomor dua terbesar di dunia.Iran kini terlihat cantik karena minyak dan gasnya yang melimpah serta belum dieksploitasi terlalu banyak karena terkait sanksi ekonomi yang dikenakan Barat.
Tanpa medekati Iran, Barat bakal mudah dipermainkan pemasok gas tradisionalnya: Rusia. Oleh karena gasnya demikian melimpah, Rusia, khususnya Presiden Putin yang bearoma sangat hawkish itu tak sungkan-sungkan menganeksasi Crimea tanpa perlu menumpahkan darah terlalu banyak.Putin sangat paham, betapa sengsaranya Eropa hidup tanpa gas Rusia.(Dari berbagai sumber)
0 comments:
Posting Komentar