Apakah Anda masih ingat protes pemerintah Singapura atas penamaan kapal perang Usman Harun?
Nama kapal itu diambil dari dua marinir TNI, Usman Ali dan Harun Said, yang dijatuhi hukuman mati di Singapura tahun 1965 terkait serangan dan pemboman di sebuah gedung yang menewaskan tiga korban jiwa dan melukai puluhan lainnya.
Sempat terjadi ketegangan antara Indonesia, yang berkeras tidak mau mengganti nama kapal itu, dan Singapura, yang menganggapnya mengorek luka lama.
Namun awal pekan Panglima TNI, Jenderal Moeldoko dilaporkan menyampaikan permintaan maaf pada Singapura, dalam sebuah wawancara dengan televisi Channel News Asia.
Langsung saja permintaan maaf itu mengundang reaksi berbagai pihak.
"Hubungan bilateral Indonesia-Singapura, berada dalam keadaan normal-normal saja. Tidak berada dalam hubungan yang kritis, tidak ada eskalasi konflik," kata pengamat Hubungan Internasional Universitas Indonesia, Makmur Keliat.
Sementara Jenderal Moeldoko membantah mengajukan permintaan maaf.
"Saya katakan mohon maaf penamaan Usman Harun di kapal itu sudah final. Tidak akan berubah. Yang ditulis mohon maafnya saja. Dari awal saya sudah bicara kami tidak punya keinginan untuk membangkitkan emosi," jelas Moeldoko Kamis (17/04).
Sebagian menilai bahwa tekanan Singapura atas Indonesia itu tidak tepat karena Indonesia sebagai sebuah negara yang besar sementara Singapura jauh lebih kecil.
Masalahnya di zaman modern ini, perekonomian Singapura yang jauh lebih maju membuat negara pulau kecil itu jauh lebih kuat. (*BBC)
0 comments:
Posting Komentar