1. Yang Cantik/Ganteng Hidupnya Enak ( Ujung-ujungnya Kaya dan Terhormat )
Sejak dimulainya acara-acara komedi di TV, apapun formatnya, di situ kita selalu melihat bahwa yang mukanya minus selalu diceng-cengin melulu dan yang tampangnya bagusan tidak pernah jadi bahan ledekan. Semakin kesini, bercandaannya semakin murah, misalnya yang tampangnya minus digebukin pake gabus gitu. Nah lagi-lagi yang ganteng atau cantik nggak kena gebuk. Biasanya sih mereka gak lucu dan bener-bener jadi pemanis acara doang. Kejadian ini tidak benar, saudara-saudara. Di dunia perledekan, semua orang harusnya kena ledek! Udah gitu gaya dan kata-katanya suka diulang-ulang apalagi kalo ada yang ketawa.
2. Kekerasan Boleh Diekspos
Kalo nonton berita, kejadian-kejadian brutal seperti orang dipukulin, ditusuk atau dibacok itu cuma disensor sebagian. Kalo istilah kerennya, di-pixelate. Tapi giliran dalam film ada adegan di mana suami-istri yang sudah puluhan tahun bersama mau ciuman, sensornya bukan cuma di-pixelate, tapi dipotong seluruh scene. Alasannya standar, takut anak kecil nonton adegan 'dewasa'. Lah terus anak kecil boleh gitu nonton orang ditusuk, dibacok, diperkosa dll? Celakanya film kartun untuk anak dan sinetron anak sekarang juga ada gaya berpacaran serta mesra-mesraan.
3. Seniman Itu Kucel dan dijadikan alasan
Masuk ke ranah infotaiment. Bintang film/sinetron Indonesia pasti akan dilabeli dengan sebutan "artis". Begitu juga dengan penyanyi, pemain band pop, pokoknya yang tongkrongannya enak dilihat itu dianggap pantas menyandang gelar "artis". Nah nanti giliran orang yang bergerak di dunia seni macam pelukis, pemahat, penyair yang notabene suka berdandan dengan selera mereka sendiri dan tidak memikirkan pendapat orang lain disebutnya "seniman". Padahal ya sebenernya Artist itu artinya Seniman. Ya gak sih? Ini sungguh membuat penonton jadi salah kaprah, terus jika ada karya yang sekiranya tidak pantas di bilangnya ini kebebasan seni dll.
4. Menjual Kemiskinan
Dengan format reality show, banyak acara yang bermunculan dengan menjual kemiskinan. Memang bener, masyarakat kita tuh harus mengurangi kesenjangan sosial dan harus membuka mata bahwa masih banyak orang yang hidup dibawah garis kemiskinan. Tapi kalau mau bantu orang mah bantu aja, nggak usah sampai diikutin kehidupannya selama seminggu, diekspose kemudian baru dibantu. Siapa tau kehadiran TV crew di rumah orang yang di ekspose ini justru menganggu dan apa yang dibilang sebagai 'bantuan' ini bisa jadi malah menimbulkan masalah baru dalam hidup mereka. Selain itu masalah kemiskinan ini juga masih jadi andalan buat acara-acara mencari bakat gitu. Pokoknya kalo yang ikutan acara pencarian bakat ini miskin dan hidupnya kasian, pasti itu diekspos banget dengan harapan orang-orang jadi kasian sama dia trus pada SMS premium deh. Padahal gak selamanya acara-acara ini beneran membantu orang-orang miskin tersebut lho dan kebanyakan daerahnya hanya di kota itu-itu saja.
5. Hidupnya Anang, Syahrini, Raffi, Olga Itu Penting Banget
Anang inilah, Anang itulah, Sayahrini, Raffi inilah, begitulah kayaknya kita semua tau lah ya apa aja yang terjadi dalam hidup mereka sekeluarga belakangan ini.
6. Cerita Sinetron dan Filmnya Itu-itu saja
Cerita Sinetron atau Film Pasti awalnya miskin terus jadi Kaya dan terkenal, biasanya ceritanya ternyata Pemeran Utama bukan Anak kandungnya lah, Orang tuannya Aslinya Orang kaya lah, terus ada kisah cinta segitiganya dan salah satunya kalau gak mati ya punya penyakit yang kronis, daftar penyakit-penyakit yang sering di pakai di sinetron : Kanker, Tumor, Gila, Jantung atau kalau Gak gitu terjadi kecelakaan : Ketabrak Mobil, Jatuh dari lantai, Gagar Otak, Amnesia.
Begitulah Fenomena dan Fakta acara-acara TV di Indonesia, Justru malah Iklan-iklan Rokok yang memberi Inspirasi bagi penonton-penonton TV.
0 comments:
Posting Komentar