Giliran Oknum Polisi Cabuli Pelajar Baru Tamat SD

http://batam.tribunnews.com/foto/bank/images/Keluarga-Korban-Polisi-yang-tertembak-polisi.jpg
 gambar ilustrasi



Pa (15), hanya bisa terdiam dan tertunduk malu di ruang Sentra Pelayanan Khusus (SPK) Mapolres Karimun, Senin (6/6/2011).

Remaja yang baru saja menamatkan pendidikan Sekolah Dasar (SD) Negeri di Pulau Burung, Guntung setahun lalu itu ditemankan 3 orang kerabatnya melapor terkait aib yang dideritanya.

Berdasarkan keterangan Husindri (37), pamannya kepada Tribunnewsbatam.com, Pa dicabuli Fherni Anggie Kritin, seorang anggota jajaran Polda Riau berpangkat Brigadir Polisi Tingkat Dua (Bripda) sekitar Januari 2010 lalu.

Kejadian itu berlangsung saat sang polisi bertugas di Badit Kepolisian Air (Polair) Polda Riau di Tanjungbatu, Kecamatan Kundur.

Remaja berwajah imut itu dikatakan Husrindri dicabuli sebanyak 2 kali saat diajak sang polisi ke kosannya di Batu III, Tanjungbatu.

Kejadian tersebut sebenarnya sudah pernah dilaporkan ke bagian Provost Polair tersebut dengan kesepakatan Fhernie bersedia menikahi Pa.

Kesepakatan itu tertuangkan dalam surat perjanjian yang ditandatangani sang polisi sekitar 4 Januari 2010.

"Namun hingga kini janji itu tak pernah terealisasi. Yang buat kami kesal, dia pindah ke Polda Riau pun kami tak dikabarin hingga sekarang tak bisa ditagih lagi," ujar Husindri kesal.

Sebenarnya, kata Husindri, kasus ini juga telah dilaporkannya sekeluarga ke Mapolda Riau sekitar 1 bulan lalu. Namun tak ada perubahan.

"Semoga saja, di Mapolres Karimun ini semuanya bisa jelas. Yang paling penting sekarang, bagaimana nasib ponakan kami ini. Jangan main habis manis sepah dibuang saja," katanya penuh harap.

Diceritakan Husindri, pertemuan Fherni dengan Pa terjadi sekitar 1 tahun lalu. Saat itu, keponakannya mengisi liburan Ujian Nasional (UN) sekolahnya di Tanjungbatu.

"Umurnya memang sudah remaja tapi masih bawah umur. Dan saat itu dia (Pa, red) juga masih berstatus murid SD di Pulau Burung, Guntung yang tengah liburan di Tanjungbatu," terang Husindri.

Keluarga sendiri awalnya tak pernah ada perasaan curiga. Itu dikarenakan Fherni sering main ke tempatnya dan sudah dianggap seperti keluarga sendiri.

Bahkan saat Fherni mengajak jalan-jalan Pa, anggota keluarga lainnya tak menaruh curiga.

"Sempat Fherni jemput Pa malam-malam tanpa sepengetahuan kami. Saat kami tahu dia (Fherni, red) yang bawa kami tak curiga. Kami kira Fherni sudah anggap Pa sebagai adiknya sendiri. Tapi tak tahunya digitukan," kata Husindri kecut.

Pihak keluarga juga pernah melakukan visum terhadap Pa untuk kepentingan penyidikan di Provost Polair Polda Riau itu.

"Namun apa hasilnya kami tak pernah dikasih tahu. Cuman info yang kami dengar, ponakan kami sudah rusak," jelas Husindri.

Saking dekat dan percayanya, paska kejadian itu, pihak keluarga bahkan masih mau meminjamkan uang sekitar Rp 1, 9 juta untuk pembayaran kredit motor pelaku Rp 900 ribu dan beli perabot rumahnya sekitar Rp 1 juta. *

0 comments:

Posting Komentar