Pada bulan Juni, kelompok yang menamakan diri Negara Islam atau ISIS menyatakan pembentukan kekhalifahan yang meliputi sebagian wilayah Suriah dan Irak.
Dimata pers barat, "ISIS terkenal brutal jauh dari pemahaman Islam pada umumnya tentang kekhalifahan," lapor wartawan BBC Edward Stourton.
Namun survei yang dilakukan Gallup pada tahun 2006 tentang warga Islam di Mesir, Maroko, Indonesia, dan Pakistan menyebutkan dua pertiga responden mendukung tujuan "menyatukan semua negara Islam" dalam sebuah khalifah baru.
"Khalifah" yang berasal dari kata Arab berarti wakil atau pengganti dan di dalam al-Quran hal ini dikaitkan dengan pemerintahan yang adil.
Dan bagi warga Islam Sunni saat ini, yang kebanyakan hidup di bawah rezim otokratis, ide sebuah kekhalifahan berdasarkan prinsip pemerintahan tanpa paksaan, kemungkinan besar sangat menarik.
Abd-ar-Rahman III (889- 961) - Emir dan Khalifah Al-Andalus. |
Sebagian umat Islam juga tertarik dengan kekhalifahan karena hal ini membangkitkan kebesaran Islam.
Zaman Khalifah yang Benar diikuti oleh kekhalifahan kerajaan Umayyad dan Abbasid.
Masa Keemasan Islam juga ditandai dengan kebesaran pemikiran dan kreatifitas kebudayaan.
Istana Abbasid di Baghdad menganggap penting sastra dan musik, di samping kemajuan bidang kedokteran, ilmu pengetahuan dan matematika.
ISIS menggunakan berbagai unsur sejarah kekhalifahan untuk mencapai tersebut.
"Seragam hitam dan bendera kelompok ini mirip dengan jubah hitam pakaian kerajaan Abbasid di abad ke delapan," kata ahli sejarah Hugh Kennedy.
Nama asli mereka, Negara Islam Irak dan Levant mengingatkan orang pada masa ketika tidak terdapat batas wilayah pada kedua negara.
Hal ini menyebabkan kedua wilayah ini menjadi bagian dari kekhalifahan besar Islam.
Dan keberhasilan ISIS sejauh ini menguasai sejumlah wilayah di Irak dan Suriah tampaknya dipandang mewakili kuatnya keinginan bagi terbentuknya kekhalifahan. (*bbc)
0 comments:
Posting Komentar