Jason Ditz, wartawan antiwar.com, punya cerita menarik soal Kelompok Khorasan.
"Orang-orang di Suriah, terutama mereka yang berafiliasi dengan pemberontakan, bingung karena tidak satu pun pernah mendengar Kelompok Khorasan," tulis Ditz.
"Sebagian berusaha mencari informasi ke Al Qaeda, tapi tidak mendapat jawaban. Lainnya hanya mempergunjingkan, dan berteori," lanjutnya.
Pieter van Ostaeyen, analis politik Suriah, menghubungi semua sumber di kalangan jihadis tapi tak mendapatkan apa-apa kecuali pernyataan kebingungan.
"Saya sampai pada kesimpulan Kelompok Khorasan tidak pernah ada," ujarnya.
"Kelompok Khorasan hanya nama yang dibuat AS."
Pertanyaannya, mengapa dan bagaimana Presiden AS Barrack Obama harus memunculkan nama baru?
Glenn Greenwald dan Murtaza Hussain, dalam The Khorasan Group: Anatomy of a Fake Terror Threat to Justify Bombing Syria, punya penjelasan menarik soal ini. Penjelasan diawali dengan cerita situasi ketika Obama bersiap mengebom Suriah.
Saat itu, menurut keduanya, AS tidak mendapat restu Kongres dan otorisasi PBB. Di sisi lain, jika serangan tidak dilakukan, dukungan publik terhadap perang penjang melawan ISIS akan anjlok.
Solusi bagi kedua masalah ini adalah menciptakan ancaman teror baru yang bermerk (branded), dan mempromosikannya sebagai ancaman langsung bagi AS dan Barat. Kelompok itu bernama Khorasan.
Kantor berita Associated Press (AP) menjadi media pertama yang mempopulerkan kelompok ini lewat artikel yang dipublikasikan 13 September 2014. Sejumlah pejabat AS mengutip, dan menggunakannya untuk meneror warga AS bahwa Kelompok Khorasan lebih buruk dibanding ISIS.
Kelompok Khorasan, menurut AP, adalah campuran jihadi radikal Afghanistan, Yaman, Suriah, dan Eropa. Mereka datang ke Suriah tidak untuk memerangi rezim Bashar Assad, tapi merekrut jihadis AS dan Eropa yang bisa digunakan untuk membajak pesawat terbang.
Tidak ada yang tahu mengapa Khorasan yang dipilih AS untuk nama teroris palsu-nya. Yang pasti, Khorasan adalah wilayah historis yang mencakup Iran, Afghanistan, Turkmenistan, dan Pakistan. Sebelum Dinasti Sassanid berkuasa, wilayah ini bernama Parthia.
Lima hari setelah launching Kelompok Khorasan lewat AP, jarinan televisi CBS News melancarkan perang propaganda dengan menyajikan segmen khusus soal kelompok teroris palsu ini.
Bob Orr, news anchor acara itu, berbicara dari Washington bahwa dia mendapat informasi intelejen tingkat tinggi soal kelompok ini.
Pada hari yang sama, Direktur Intelejen Nasional James Clapper juga membuat pernyataan sama. Kelompok Khorasan, katanya, berpotensi menimbulkan bahaya jauh lebih besar dibanding ISIS.
Dua hari kemudian giliran New York Times, lewat artikel panjang bertajuk U.S. Suspects More Direct Threats Beyond ISIS, bercerita tentang kelompok ini.
Pejabat AS, lewat pernyataan di berbagai media, menyebut Muhsin al-Fadhli sebagai ketua Khorasan. Fadhli disebut dekat dengan Osama bin Laden.
Kelompok Khorasan tiba-tiba menghuni belakang kepala seluruh rakyat AS. Nama itu tiba-tiba menghiasi seluruh surat kabar AS, ketika Paman Sam menjatuhkan bom pertamanya di Suriah.
Terakhir, ketika AS mengklaim membunuh pemimpin Kelompok Khorasan dalam salah satu pemboman, Front Al Nusra -- pemberontak moderat yang berafiliasi ke Al Qaeda -- mengecam serangan terhadap mereka yang menewaskan 50 orang.
Khorasan sebagai kelompok fiktif semakin nyata ketika mitra koalisi AS dalam perang melawan ISIS bertanya-tanya mengapa mereka tidak pernah di-briefing soal target serangan.
Mungkin tidak berlebihan jika Presiden Iran Hassan Rouhani menyebut perang AS melawan ISIS adalah sandiwara. (cbs/antiwar/inil)
0 comments:
Posting Komentar