Asrama Disegel Paksa, Mahasiswa Aceh Diusir


Asrama mahasiswa Meuligoe Iskandar Muda Aceh di Jalan Poncowinatan, Kranggan, Jetis, Yogyakarta, disegel paksa puluhan orang yang diduga anggota sebuah organisasi kemasyarakatan (ormas). Penghuni yang merupakan mahasiswa asal Aceh diminta segera angkat kaki dari asrama.

Selain menyegel pintu asrama, sekelompok massa ini juga memasang spanduk bertuliskan im bauan kepada penghuni agar segera meninggalkan asrama. Dalam spanduk juga tercantum nama orang yang diduga mengklaim kepemilikan tanah bangunan asrama.

Salah satu warga asrama, Irsan Adriana menuturkan, penyegelan terjadi pukul 08.45 WIB kemarin. Saat itu sekelompok massa mendatangi dan lang sung menutup gerbang asrama. Belasan penghuni yang semuanya berstatus mahasiswa juga disuruh segera keluar.

"Kami tidak tahu sebenarnya ada persoalan apa. Pada hari Kamis (10/10) lalu kami juga terima surat untuk kosongkan asrama, tapi tidak kami turuti," ujar nya kepada wartawan, kemarin.

Para penghuni asrama yang berjumlah 11 orang langsung me laporkan ke Pemda Aceh terkait surat peringatan tersebut. Mereka juga melaporkannya ke pihak kepolisian untuk memper oleh perlindungan hukum. Sebab, secara tidak langsung masalah ini mengganggu psikologis mereka.

"Kami heran, padahal bangunan asrama ini sudah ada sejak 1963 lalu. Tetapi mengapa baru sekarang ada masalah seperti ini?" ucapnya.

DPR Aceh: Laporkan ke Polisi!

Sementara itu, Mahyaruddin Yusuf anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Aceh menegaskan, untuk kasus penyegelan paksa Asrama Mahasiswa Aceh di Yogyakarta harus segera dilaporkan ke pihak keamanan. Tindakan ini dinilai penting untuk mempertegas kepemilikan tanah asrama di sana.

"Kita meminta mahasiswa atau pihak terkait untuk segera melaporkan kasus ini ke pihak kepolisian agar ditindaklanjuti sesuai hukum," ujar Mahyaruddin Yusuf, sebagaimana dilansir Atjehpost, Senin (14/10), kemarin.

"Kita minta eksekutif segera menyelesaikan kasus ini. Jangan sampai kasus ini berdampak tidak baik bagi mahasiswa kita di sana," ujar Mahyaruddin.

Sementara ketua fraksi Demokrat DPR Aceh, M. Yunus Ilyas, juga memintaeksekutif segera menyelesaikan kasus sengketa tanah asrama mahasiswa Aceh di Yogyakarta.

"Kita minta kasus ini segera diselesaikan. Kasihan anak-anak kita disana," kata M. Yunus Ilyas.

Ia mengakui, dirinya baru mengetahui kasus tersebut dari media massa. Ia juga mengaku tidak mengetahui adanya surat pemberitahuan persoalan ini yang dikirim oleh mahasiswa Aceh di Yogyakarta ke DPR Aceh.

Tidak. Saya tidak mengetahuinya. Makanya saya tidak bisa berkomentar," tutur Ilyas.

GP Ansor: 'Jangan sampai mahasiswa Aceh jadi bulan-bulanan!'

Gerakan Pemuda (GP) Ansor Aceh, Samsul B Ibrahim mengatakan, penyegelan asrama mahasiswa di Yogyakarta harus mendapatkan perhatian khusus dari Pemerintah Aceh dengan cepat. Gubernur Zaini diminta untuk segera menyambangi Yogyakarta guna menyelesaikan permasalah tersebut.

Menurutnya persoalan klaim-mengklaim kepemilikan lahan bukan perkara baru di Indonesia. Apalagi terkait lahan pemerintah daerah yang acap kali di-mejahijau-kan oleh pihak tertentu.

"Nah, jelas dong sebagai masyarakat kita bingung. Apalagi mahasiswa kita itu yang sedang belajar di Yogyakarta. Jadi Pemerintah Aceh harus turun tangan membereskan soalan klaim-mengklaim ini. Konon lagi kami dengar katanya mereka sudah pernah menyurati DPRA tapi belum ada responnya," ujarnya.

Insiden yang terjadi menjelang pelaksanaan Idul Adha 1434 Hijriyah tersebut juga disesalkan Samsul. Seharusnya, kata dia, mahasiswa Aceh yang sedang merantau tersebut bisa merayakan Idul Adha dengan suka-cita meski jauh dari keluarga.

"Sudah jauh dari keluarga, datang pula ancaman dan teror seperti ini. Kami tentu sangat prihatin. Sekali lagi, harus ada langkah antisipasi sesegera mungkin. Bila perlu, Pemerintah Aceh bisa ngirim tim langsung ke Yogyakarta hari ini," katanya.

Namun dirinya mengkhawatirkan polemik tersebut nantinya ditunggangi oleh pihak tertentu. Akibatnya, kata dia, potensi kerusuhan yang mungkin terjadi terbuka lebar. Dia tak ingin mahasiswa Aceh di Yogyakarta menjadi bulan-bulanan pihak tertentu.

Samsul mengatakan Pemerintah Aceh harus langsung cepat turun ke Yogyakarta untuk mencari tahu sumber persoalan tersebut.

"Kalau tidak segera, bisa menyulut pertikaian. Soalnya bara api sudah cukup mampu membakar emosi siapapun", tutur Samsul. (*/atjehpost/sindo

0 comments:

Posting Komentar