Rakyat Kelaparan! Ulama Keluarkan Fatwa Makan Daging Kucing dan Anjing di Suriah


Kelompok ulama di Suriah mengeluarkan fatwa kontroversial bagi penduduk yang tinggal di daerah yang terkepung perang di luar Damaskus untuk makan daging kucing, anjing dan keledai guna mengatasi kelaparan.

Dalam video yang diterbitkan di internet, para ulama mengatakan mereka menyerukan bantuan dunia karena kondisi parah di luar kota bagian selatan Damaskus karena bentrokan yang terus berlanjut.

"Bagaimana dunia bisa tidur tenang dengan perut kenyang sementara ada yang kelaparan, dan terjadi tidak jauh dari kota utama (Damaskus), hanya beberapa meter," kata seorang imam Suriah dalam video yang disiarkan Al Arabiya.

Imam yang didampingi ulama lain mengatakan pernyataannya juga mewakili pandangan ulama lain.

"Kami memperbolehkan makan daging kucing, anjing, dan keledai karena hewan lain mati terkena bom," imbuh dia dalam sebuah tayangan video.

Ia mengatakan, sementara jemaah melakukan ibadah haji di Mekah, "Ada orang yang meninggal kelaparan dan dikafankan."

Belakangan ini, masjid-masjid di luar kota Damaskus juga menyuarakan pesan yang sama.


Pada perayaan Hari Raya Idul Adha, warga Damaskus biasanya menikmati daging kurban. Namun kini karena dilanda perang saudara, masyarakat di sana tak lagi merasakannya.

Menurut ulama yang tak disebutkan namanya itu, aturan ini dikeluarkan karena kondisi darurat sebagai teriakan warga Suriah kepada dunia. Bahwa mereka membutuhkan pertolongan.

"Hal ini diputuskan untuk memberitahu betapa mengerikannya situasi keamanan di tempat kami," ujarnya, yang juga dimuat BBC.

Fatwa ini bukanlah yang kali pertama di Suriah. Sebelumnya, menurut surat kabar Asharq al-Awsat, seorang ulama di markas relawan Palestina di Damaskus melakukan hal serupa. Begitu juga yang dilakukan oleh ulama di Kota Homs pada 2012 lalu.


Perang Suriah dimulai sejak Maret 2011. Hingga kini terhitung sudah 2 tahun 7 bulan. Berdasarkan data PBB, ada lebih dari 2 juta warga Suriah yang menjadi pengungsi dan sekitar 100 ribu orang dilaporkan telah tewas.

Dalam tragedi serangan senjata kimia pada Rabu 21 Agustus dini hari itu, sekitar 1.300 pria, wanita, bahkan anak anak tewas dalam serangan sadis roket gas beracun. Di Ghouta, Tarma, Zamalka, dan Jobar.

Wajah-wajah tak berdosa terbaring di rumah sakit. Mereka yang saat kejadian sedang tertidur lelap, tak sadar nyawa telah lepas dari raga. Saat terbangun, mereka ada di dunia lain.

Ini bukan pertama kalinya ulama Suriah merilis fatwa kontroversial. Beberapa kali ulama mengeluarkan fatwa serupa ketika terjadi perang di Homs dan Aleppo.

Lembaga bantuan kemanusiaan mengatakan prioritas utama seharusnya menyalurkan makanan di wilayah yang sedang dilanda perang. Prioritas ini harus disamakan dengan program pelucutan senjata pemusnah massal di Suriah.

0 comments:

Posting Komentar