Selama beberapa hari terakhir ini kita di kejutkan dengan insiden ustad ngoboy bak "kuda-kudaan" istilah itu kiranya cocok disematkan untuk 'ustad' Hariri. Bukan lantaran ceramahnya soal agama, tapi aksi smackdown yang dilakukannya secara sadar menjepit batang leher seorang operator sound system.
Dengan menggunakan dengkulnya, Hariri murka dan menginjak kepala Entis Sutisna, operator sound system sebuah acara, video aksi Hariri itu pun tersebar di Youtube. Hariri mengklaim tindakan nya sebagai bentuk kekesalannya terhadap pekerja Sound Sytem yang dinilainya kurang professional.
Singkat cerita Hariri meminta untuk membesarkan volume namun menurut ustad yang kondang gara-gara membintangi sinotren Islam KTP ini, keinginannya tersebut tidak digubris. Alhasil emosinya memuncak dan akhirnya Hariri menjepit batang lehernya.
Fenomena ustad artis
Insiden di atas sungguh sangat disayangkan karena hal tersebut dilakukan orang seorang da'i, apalagi saat kejadiaan tersebut berlangsung saat ceramah, yang mana pada kondisi tersebut sedang ditonton jema'ah.
Ustad Hariri adalah jebolan program pencarian da'i, selepas menjadi alumni pencarian bakat Hariri melejit bak artis, tentu saja fenomena ngartisnya ustad bukan terjadi pada Hariri seorang, tapi menjamur hampir keseluruh chanel TV menyajikan ustad dengan latar belakang terkenal.
Kita bisa melihat kecendurungan ustad ngartis semakin laku, dengan kemasaan humornya membuat penonton terpinggal-pinggal, dan membawa magnet jual stasiun TV tersebut.
Hal ini dilakukan tentu saja untuk menaikan ratting program, nampaknya agama mulai menjadi komoditas yang diperdagangkan, di sisi lain tak jarang konten ceremah penuh candaan, sehingga pesan yang ingin disampaikan menjadi kabur, mereka pun memberikan tarif tak murah.
Tentu saja ini semua adalah kemuduran moral yang sangat drastis, karena seharusnya seorang ustad menjaga sikapnya, dan mencerminkan pribadi shalih sebagai manifestasi pemahamannya, namun nilai tersebut mengalami pergeseran seiring dengan banyaknya fenomena ngartisnya para ustad.
Dakwah mengajak perubahan
Tujuan dakwah sangat mulai, karena dakwah sebuah bentuk rasa kasih sayang seorang muslim, mengajak kepada ma'ruf dan mencegah kemungkaran.
Kesan dakwah haruslah penuh dengan kesungguhan, mulai kemasan bahasanya arif, penuh santun, begitu pun dengan pribadi pengemban dakwahnya mencerminkan figuritas keshalihan, tanpa diniatkan dakwah untuk mencari materi, karena kita menyadari dakwah adalah kewajiban setiap muslim.
Dakwah merupakan aktivitas yang tidak pernah ditinggalkan oleh para rasul dan nabi. Ingat dakwah tidak selalu diidentitikan di atas mimbar dan memiliki jema'ah banyak, namun dakwah yang sebenarnya adalah mengajak seseorang kepada keimanan, membangun kesadaraan umat, yang awalnya umat masih awam terhadap pemikiran islam menjadi tercerahkan dan menjadikan islam cahaya petunjuk aturan kehiduapan.
Seandainya para ustadz di TV menekan dakwah mereka kepada pemikiran mendasar tadi mungkin bangsa kita akan mulai terbangkitkan, bukan berarti di negeri ini tidak ustadz atau ulama tawadhu, istiqamah dalam berdakwah mengajak kepada keimanan hakiki.
Hanya saja ketika zaman telah merubah segala standar kebaikan menjadi standar keuntungan materi, apa-pun bisa dikompromikan, kita pun biasa melihat karakter ustadz terkenal yang sering wara-wiri di TV memasang tarif dasyat sekali tayang.
Mereka mulai gemar di ekspose dan dipuja masyarakat, akibatnya mereka menjadi pribadi ujub, maka wajar apabila sebagian generasi ustadz TV bersikap Koboy arogan.
Anastasia, Alumni Pendidikan Bahasa Jerman UPI Bandung, Hidayatullah
0 comments:
Posting Komentar