Pemerintah Israel ketakutan dengan munculnya kampanye internasional untuk memboikot produk-produk Israel. Jika pemboikotan terjadi secara parsial di seluruh dunia, ekonomi Israel bisa dalam bahaya.
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menganggap kampanye boikot itu sebagai masalah sensitif. Dia, hari ini (5/2/2014) menggelar pertemuan kabinet darurat untuk mencari solusi atas masalah itu.
Awalnya, ancaman boikot disuarakan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS), John Kerry yang menjadi mediator perundingan damai Israel dan Palestina. Kerry mengancam akan menyerukan pemboikotan terhadap Israel, jika perundingan damai Israel dengan Palestina gagal.
Sehari kemudian, giliran Uni Eropa yang mengeluarkan ancaman serupa terhadap Israel. Menteri Keuangan Israel, Yair Lapid, telah memperingatkan bahwa Israel sangat rentan terhadap pemboikotan dari Uni Eropa. Sebab Uni Eropa merupakan mitra dagang terbesar Israel.
Jika terjadi pemboikotan parsial, Israel kemungkinan akan mengalami penurunan nilai ekspor ke Uni Eropa hingga USD5,7 miliar. Dampak lainnya, Israel akan kehilangan 9.800 lapangan pekerjaan.
Menteri Urusan Strategis Israel, Yuval Steinitz , sekutu politik Netanyahu, sempat mengecam ancaman Kerry. "Itu tidak adil dan tidak dapat ditoleransi," katanya, seperti dikutip Jpost. "Israel tidak dapat bernegosiasi dengan todongan pistol ke kepalanya," lanjut dia menggambarkan ancaman tersebut.
Kendati demikian, Lapid memperingatkan bahwa Israel harus mengambil langkah serius dengan ancaman pemboikotan itu.
"Kita seharusnya tidak menipu diri sendiri. Dunia sedang mendengarkan kita kurang, dan kurang. Kita harus mengakui bahwa jika negosiasi (dengan Palestina) gagal, dunia akan percaya bahwa kita yang bertanggung jawab, dan akan ada harga yang harus dibayar," ujarnya.
Menurutnya, boikot terhadap beberapa produk Israel telah dimulai di Eropa. "Tidak ada yang lebih mudah bagi Eropa ketimbang mengumumkan bahwa, mereka memboikot barang dari Israel. Karena pada kenyataannya, sangat sedikit barang-barang Israel di sana."
0 comments:
Posting Komentar