Masih Percaya Israel?


Menlu Amerika, John Kerry ingin meyakinkan kita soal Israel dan Palestina akan bisa memulai perundingan perdamaian yang mandeg sejak lima tahun terakhir. Ini dianggap langkah awal dialog yang bisa menciptakan penyelesaian atas konflik yang usianya sudah 65 tahun lebih. 

Namun kami yakin bahwa pertemuan pertama yang dijadwalkan di Washington dalam waktu dekat antara perunding senior Palestina Shaeb Arekat dan pejabat Israel soal perundingan Tsepi Livni hanya perundingan untuk perundingan dan pertemuan kosong.

Meski kedua pihak antusias fokus tidak berharap ada terobosan penting sebab itu jalan panjang sekali, namun kami yakin pasti 'Israel' masih tunduk kepada kepentingan-kepentingannya yang ekspansif dan Israel belum selesai merangcang gambar peta ekspansi kepentingannya yang diinginkannya. 

Ini artinya, Israel akan menghancurkan jalan perundingan dan akan dipenuhinya dengan duri dan penghalang di masa mendatang.

Jangan kira negara 'Israel' akan masuk kepada proses perundingan dengan itikad baik dan keyakinan akan gunanya perundingan. Apalagi kedua pihak selama beberapa tahun sudah mengetahui pasti sikap masing-masing. 

Karena itu, kami yakin juga sebenarnya 'Israel' mampu mengakhiri semuanya dalam beberapa pertemuan termasuk menyetujui pertukaran wilayah pemukiman Yahudi di sekeliling Al-Quds dengan tanah subuh di wilayah Ummu Fahm dan bukan di tanah gurun tandus di Nejeb.

Jika kita ingin masih ada harapan terjadinya kesepakatan di masa depan, maka kita minta 'Israel' turun dari 'pohon pemukiman'. Artinya, mereka harus membekukan pembangunan pemukiman yang memang tidak legal dan menyetujui wilayah perbatasan jajahan 1967 kepada Palestina.

Itu yang seharusnya sebagai kaidah perdamaian yang diharapkan. Terutama pihak Palestina sudah sampai pada kompromi-kompromi dan sikap mengalahnya kepada 'Israel'. Ibarat kain basah yang sudah tidak ada tetes air lagi karena diperas Israel.

Kami pesimis, bahkan sangat pesimis. Namun kami hanya bisa mengamati usaha baru "naik gunung" yang terjal ini.

Oleh Mazen Hammad, Al-Wathan Qatar

0 comments:

Posting Komentar