Negara dan Bangsa Ini Sudah Terjual


Mendengar nama Mang Ihin, langsung terbayang sosok pejuang sejati yang tak kenal menyerah. Meski usianya tak lagi muda, tapi semangat kakek bernama lengkap Solihin Gautama Poerwanegara atau Solihin GP ini tak pernah surut.

Kendati usianya sudah melewati 87 tahun, Mang Ihin masih terus berjuang meneruskan cita-cita kemerdekaan yang diperjuangkan para pahlawan bangsa. Namun memeringati Hari Pahlawan tahun ini, Mang Ihin merasa prihatin. Sebagai pelaku dan saksi sejarah, Mang Ihin menyebut bangsa dan negara ini sudah terjual.

"Kondisinya, kini sangat memprihatinkan. Negara dan bangsa ini sudah terjual," ucap Mang Ihin saat ditemui INILAH di sekretariat Dewan Pemerhati Kehutanan dan Lingkungan Tatar Sunda (DPKLTS), Jalan RE Martadinata Kota Bandung.

Headline
Solihin GP alias Mang Ihin
Apa sebab? Pria kelahiran Tasikmalaya, 21 Juli 1926 itu menceritakan kegelisahannya. Menurutnya, kemerdekaan yang diraih dengan pengorbanan darah dan air mata rakyat dulu itu kini diselewengkan.

"Seharusnya, penyelenggaraan pemerintah itu harus berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 murni. Di pasal 33 itu jelas menyatakan, bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat," kata purnawirawan TNI berpangkat Letnan Jenderal ini bersemangat.

Namun kondisinya kini terbalik. Ketidaksesuaian dengan amanat konstitusi itu terlihat dari maraknya privatisasi terhadap sumber daya alam Indonesia miliki. Tak sedikit privatisasi itu berujung kepada penguasaan pihak perusahaan asing. Akibatnya, cabang-cabang produksi yang penting dan menguasai hajat hidup orang banyak yang seharusnya dikuasai oleh negara itu hanya teks belaka.

"Negara dan bangsa ini sudah terjual kepada pihak asing. Ini sudah melenceng dari cita-cita dan tujuan perjuangan para pahlawan kemerdekaan dulu. Pancasila dan UUD 1945 itu sekarang hanya dijadikan teks pidato saat upacara saja. Ideologi itu tidak dilaksanakan. Dan menurut saya, ideologi sebagai pagangan hidup bernegara itu sudah tercerabut dari akar budayanya," jelas pria yang hari itu tampil dengan setelan kasual layaknya anak muda.

Mang Ihin pun mengatakan akibat situasi dan kondisi tersebut, bangsa ini sudah noneksis. Artinya, bangsa ini sudah tidak merdeka lagi. Terlebih, dengan proses amandemen UUD 1945 yand terhitung sudah empat kali itu, menurutnya, sebagai pengkhianatan terhadap cita-cita kemerdekaan. "Saya termasuk orang yang tidak setuju dengan amandemen UUD 1945 itu," tambah mantan Gubernur Jabar periode 1970-1974.

Akibat dari amandemen itu bangsa ini sudah tidak lagi merdeka. Itu terlihat dari sejumlah undang-undang yang tidak prorakyat. Regulasi itu justru menguntungkan pihak asing yang menginginkan Indonesia ini menjadi makanan empuk bagi kepentingan asing.

Kondisi ini sangat kentara dalam APBN yang merupakan gambaran keuangan negara. APBN terhitung sebesar Rp1.400 triliun. "Jumlahnya luar biasa, tapi utang kita itu sebanyak Rp2.400 triliun. Dari sudut materi saja, kita masih nombok keneh," jelasnya sambil tersenyum sinis.

Dengan lantang dia menyebutkan, dari sekian banyak presiden RI itu tidak satu pun yang murni melaksanakan amanat UUD 1945 sebagai dasar negara. Hal itu terjadi seiring dengan kepemimpinan seseorang yang menjadi orang nomor satu di Nusantara ini.

"Mulai dari Soekarno, Soeharto, BJ Habibie, Gus Dur, Megawati, hingga SBY itu tidak ada presiden yang murni melakukan UUD '45. Itu karena semua pimpinan negara yang sudah established berkuasa itu akhirnya menyimpang dari UUD '45," tutur mantan Panglima Kodam XIV/Hasanudin ini.

Meski demikian, Mang Ihin memiliki satu tokoh yang tetap menjadi idolanya hingga kini. Sosok itu tak lain dan tak bukan ialah Panglima Besar Sudirman. Dia mengatakan, pimpinan tertinggi perjuangan Republik Indonesia itu merupakan negarawan patut dianut sebagai idola.

Bayangkan, kata dia, Sudirman tetap memimpin perang kemerdekaan saat sakit dengan hanya paru-paru sebelah. "Saya rasa, hanya beliau yang konsisten menjalankan amanat UUD 1945. Meski saat itu beliau memimpin dari atas tandu," ujarnya. (*/inilah)

0 comments:

Posting Komentar