Kelud Meledak, Tiga Gunung Api ini Siaga




Lebih dari 100.000 orang terpaksa mengungsi untuk menghindari amukan Gunung Kelud di Kediri, Jawa Timur yang meletus pada Kamis 13 Februari 2014 malam.

Abu vulkanik yang disemburkan gunung bertipe stratovulkan itu mengejutkan warga di berbagai wilayah. Tidak hanya di Jawa Timur, hujan abu juga dirasakan warga di sebagian wilayah di Jawa Tengah dan Jawa Barat.

Amuk Kelud menambah rangkaian sejarah bencana geologi di Indonesia. Dengan keberadaan 129 gunung berapi, negeri ini menjadi wilayah ring of fire atau cincin api pasifik.

Sebagai negara dalam ring of fire, tidak heran bila Indonesia sering dilanda bencana berupa gempa bumi dan letusan gunung berapi. Berdasarkan data Badan Geologi Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) saat ini tercatat 22 gunung berapi yang berstatus di atas normal.

Selain Kelud yang sedang menggeliat dan Sinabung yang terus menerus bererupsi, 20 gunung harus diwaspadai. Tiga gunung, yakni Karangetang di Sulawesi Utara dan Rokatenda, Nusa Tenggara Timur, Lokon di Sulawesi Utara berstatus siaga (level 3).

Sebanyak 18 gunung lainnya berstatus waspada (level 2) yang tersebar di berbagai provinsi yakni Gunung Marapi, Kerinci, Papandayan, Talang, Raung, Ibu, Lewotobi Perempuan, Ijen, Gamalama, Talang, Anak Krakatau, Semeru, Dukono, Bromo, Sapotan, Gamnokora. Sangeangapi.

Banyaknya gunung berapi karena secara geografis Indonesia terletak pada titik pertemuan tiga lempeng tektonik. Tiga lempeng itu saling bertabrakan, yakni lempeng Eurasia, Indo Australia, Pasifik.

Sebagai negara yang beriklim tropis, Indonesia memiliki kekayaan alam melimpah dan pemandangan yang mempesona. Tanahnya subur dan lautnya memiliki banyak ikan.

Di sisi lain, Indonesia menyimpan segudang ancaman bahaya geologi karena letaknya menjadi gugusan gunung berapi. Termasuk bencana gempa bumi. Ancaman itu bisa muncul kapan saja, tergantung karakteristik gunung.

Simak saja Genung Kelud yang baru menunjukkan reaksi pada 15 Januari 2014. Ditandai dengan peningkatan jumlah gempa. Pada 2 Februari, status Kelud dinaikkan dari normal (level 1) menjadi siaga (level 2).

Delapan hari kemudian, pada 10 Februari status Kelud naik menjadi waspada (level 3). Kelud terus bergeliat sehingga Pusat Vulkanologi Mitigasi dan Bencana Geologi (PVMBG) menaikkan status gunung itu menjadi waspada (level 4).

Tanpa diduga-duga, ancaman itu pun berubah menjadi kenyataan. Setelah ditetapkan berstatus waspada pada Kamis 14 Februari pukul 21.15 WIB, berselang sekitar 1 jam 15 menit kemudian Kelud pun meletus.

Karakteristik Gunung Kelud pernah diungkapkan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Bandung.

"Karena gunung (Kelud) berkarakter pelan dengan indikator yang jelas sehingga bisa diprediksi. Status meningkat dari Normal ke Waspada," kata Kepala Bidang Pengamatan dan Penyelidikkan Gunung Api Wilayah Barat PVMBG Bandung Hendra Gunawan di Kantor BPBD Jawa Timur, Senin (3/2/2014).

Sebenarnya bencana di Indonesia akibat gunung meletus bukan hal baru. Sebut sajaletusan Gunung Tambora di Sumbawa, Nusa Tenggara Barat pada 1815. Letusanya tercatat sebagai bencana gunung api terbesar dalam sejarah modern,

Letusanya merenggut puluhan ribu nyawa manusia dan semburan abu vulkaniknya pun luar biasa, sampai ke benua Amerika.

Bencana dashyat di wilayah Indonesia juga terjadi pada 1883. Gunung Krakatau. Letusan Krakatau dianggap sebagai ledakan terdashyat di Samudera Hindia dan dipercaya berkekuatan puluhan ribu kali bom atom.

Bencana letusan Tambora Krakatau, ternyata belum seberapa jika dibandingkan letusan Gunung Samalas di Nusa Tengara Barat pada 1257. National Geoghrapic pernah melaporkan semburan abu Gunung Samalas sampai ke dua kutub bumi.

Berdasarkan letak geografis yang berada di jalur "cincin api" serta fakta sejarah tentang bencana gunung berapi, Indonesia dituntut untuk waspada dan terus menyempurnakan penanganan bencana.

Kenyataan itu pun disadari oleh pemerintah. Seperti dikutip dari setkab.go.id, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk siap menghadapi bencana dengan membangun sistem penanggulangan, memberikan pelatihan, meningkatkan kewaspadaan.

Tidak hanya itu, SBY pun mengingatkan untuk terus meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi agar bisa mempersiapkan diri dengan baik dalam menghadapi bencana. (*sindo)

0 comments:

Posting Komentar