Hamas! Hamas! Masukkan Yahudi ke Kamar Gas!


Bulan lalu, hanya dalam tempo sepekan, Crif—organisasi payung lembaga-lembaga Yahudi di Prancis, mencatat setidaknya delapan sinagoga (tempat ibadah Yahudi) diserang. Setelah sekian lama mendiamkan perilaku agresif kaum Zionis, Eropa kini diramaikan maraknya sikap antiZionis.

Sebuah sinagoga di Sarcelles, kawasan pinggiran Prancis, dilempari bom-bom molotov oleh sekitar 400-an massa yang menyerbunya. 

Sebuah kosher (semacam supermarket 'halal' ala Yahudi dijarah massa. Massa tak hanya merusak dan merampas, juga membentang spanduk bertuliskan "Mati untuk Kaum Yahudi", serta "Gorok Leher para Yahudi!" 

Di kota lain yang masih bertetangga dengan Paris, massa tak hanya melempari toko-toko yang memunculkan ciri khas Yahusdi dengan batu. Mereka juga membakar bendera Israel. "IsraHell!" tulis sebuah spanduk besar-besar.

Tak hanya di Prancis. Hawa antiZionis juga memenuhi atmosfer Jerman. Bulan lalu, Sinagoga Bergische di Wuppertal, kebanjiran kiriman lemparan molotov. Sinagoga tersebut pada era Kristallnacht —peristiwa perburuan kaum Yahudi oleh simpatisan Nazi di Prancis dan Jerman tahun 1936, sempat diratakan dengan tanah. 

Di Frankfurt, beberapa kaca sinagoga pecah dilempari massa yang marah; sementara di Hamburg, sekelompok Yahudi yang petentengan menggelar demo pro-Israel dihajar para pejalan kaki. Seorang pemuda Yahudi babak-belur di jalanan Berlin, hanya karena ia mengenakan topi mini ala yahudi (yarmulke).

Semua terjadi seiring pembantaian brutal yang digelar Israel kepada warga Gaza. Serangan yang telah membunuh ratusan warga sipil Gaza dan membuat cacat ribuan lainnya itu memang menuai kebencian warga negara-negara Eropa terhadap israel. 

Di setiap demonstrasi besar yang merebak di kota-kota besar Eropa, dengan gampang kita menemukan protes massa pro-Palestina menyamakan pembantaian itu dengan Holocaust. Sementara slogan-slogan seperti : "Yahudi, Babi Pengecut, keluar, ayo berkelahi satu lawan satu!", "Hamas! Hamas! Masukkan Yahudi ke kamar gas!" menjadi kian lazim.


Konflik yang diciptakan Israel di Gaza memang menghadirkan ke dalam kehidupan Eropa sesuatu yang tua dan sangat buruk: Setan, atau setidaknya gambaran tentang setan. Gambaran tentang monster yang tak pernah puas melakukan dan menghadirkan hal-hal yang buruk dalam hidup. Dan itu kian melekat kepada Israel.

Polisi dan organisasi-organisasi hak sipil Yahudi di Eropa akhirnya sampai pada kesimpulan, sikap anti-zionis itu menguat setiap kali konflik Israel-Palestina meletup. 

Selama tiga pekan berjalannya Operasi Cast Lead yang digelar Israel di akhir 2008 dan awal 2009 lalu, mencatatkan bahwa di Prancis saja ada 66 insiden antiZionis, termasuk serangan terhadap sinagoga dan resto yang dimiliki kaum Yahudi. Itu di luar merebaknya grafiti atau tulisan-lukisan tembok antiZionis, yang kian hari kian kasar.

Para tokoh dan intelektual Yahudi mengakui, kian lama sikap anti-Zionisme semakin dalam dan melebar di Eropa. 

"Saat ini mungkin era paling buruk sejak zaman Nazi," kata Dieter Graumann, presiden Komisi Pusat Yahudi di Jerman, kepada the Guardian. 

"Di jalanan, suara-suara," Yahudi memang layak dijebloskan ke kamar gas" menjadi makin lazim. Itu tak pernah terjadi di dekade-dekade sebelumnya di Jerman," kata dia. Menurut Graumann yang seringkali melakukan perjalan lintas Eropa, itu bukan fenomena khas Jerman.


Yang menarik, selain juga merebak di Belanda, Spanyol, Belgia dan berbagai negara Eropa, negara dengan mayoritas penganut Katolik, Italia, juga dilanda hal serupa. 

Suatu pagi, seorang Yahudi pemilik sederet toko dan resto di Roma menemukan jendela kaca dan dinding tokonya dipenuhi slogan anti-Zionisme dan tanda swastika SS ala Nazi.

"Setiap jiwa warga Palestina adalah saudara kami," tertulis besar-besar. "Kami punya musuh yang sama, membangun barikade yang sama." Atau," Yahudi, akhir zaman kalian sudah dekat."

Presiden Crif Prancis, Roger Cukierman, menunjuk bahwa semua itu semakin memburuk segera setelah pembantaian yang digelar Israel di Gaza. Yang membuatnya kuatir, dibanding masa-masa lalu, massa demonstran tak lagi meneriakkan yel-yel, 'Mati kaum Zionis'. "Mereka kini meneriakkkan,'Mati kaum Yahudi!"

Para pemimpin Eropa tampaknya mulai kuatir akan fenomena tersebut. Kanselir Jerman, Angela Merkel, mengatakan insiden-insiden terakhir di negerinya itu mulai 'menyerang kebebasan dan toleransi di negara kita yang demokratis'. 

Sementara PM Prancis, Manuel Valls, menilai serangan kepada sinagoga dan rangkaian kosher itu sebagai sikap anti-semit. "Sangat jelas, itu rasisme dan anti-semit," kata Valls.

Prancis merupakan negara dengan populasi Yahudi terbesar di Eropa. Setidaknya 500 ribu Yahudi hidup di negara itu. (dsy/the guardian/israelnationalnews.com)

0 comments:

Posting Komentar