Dunia Kutuk Pertumpahan Darah di Mesir: Pendukung Morsi Diserbu Militer, 278 Orang Tewas


 Aksi penyerbuan berdarah pasukan keamanan Mesir terhadap demonstran pendukung presiden Mohamed Moursi pada Rabu memantik kecaman tegas dari komunitas internasional.

Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB), Amerika Serikat, Inggris, Iran, Qatar dan Turki secara tegas mengutuk aksi kekerasan yang dilakukan pemerintah guna membubarkan demonstran di dua kamp protes di Kairo, lapor AFP.

Aksi yang disusul dengan pengumuman masa darurat nasional itu telah menewaskan sedikitnya 124 orang. Kementerian Kesehatan Mesir mengatakan, 278 orang tewas dalam kerusuhan Rabu setelah polisi menindak loyalis Presiden terguling Mohamed Morsi.

Jumlah korban tewas terbesar berada di kamp protes Rabaa al-Adawiya di Kairo, dimana seorang koresponden AFP menghitung 124 mayat. Namun, juru bicara kementerian kesehatan Mohammed Fathallah mengatakan, hanya 61 orang tewas di tempat protes itu.

Fathallah menyatakan, 21 orang tewas di kamp Nahda Square di Kairo, 18 di Helwan sebelah selatan ibu kota Mesir tersebut dan sisanya di provinsi-provinsi lain. Selain itu, 43 anggota kepolisian juga tewas, kata juru bicara tersebut.

Dunia Kutuk Pertumpahan Darah di Mesir

Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon, yang mendesak kedua pihak untuk menahan diri menyampaikan peneyasalan yang mendalam atas langkah kekerasan yang ditempuh pemerintah Mesir untuk menghadapi demonstrasi yang tengah berlangsung di negara itu, tulis pernyataan yang dirilis oleh juru bicaranya.

Amerika Serikat yang sebelumnya mendukung pemerintah sementara Mesir dengan tegas mengutuk keras aksi kekerasan yang dilakukan terhadap pemrotes dan mendesak pihak militer untuk lebih menahan diri, kata juru bicara Gedung Putih Josh Earnest.

Sementara itu Menteri Luar Negeri Inggris William Hague mengatakan dirinya sangat prihatin atas pergolakan dan aksi kekerasan yang terus memburuk di Mesir.

"Saya mengutuk penggunaan kekerasan untuk membubarkan demonstrasi dan meminta pihak keamanan dapat menahan diri," kata Hague.

Menteri Luar Negeri Swedia Carl Bildt dalam akun Twitternya menulis "tanggung jawab utama berada pada pasukan keamanan rezim, sangat sulit untuk mengembalikan proses politik".

Pesan bernada negatif juga datang dari Qatar, yang merupakan pendukung utama kelompok Ikhwanul Muslimin yang pro-Moursi.

"Qatar mengecam upaya kekerasan yang dilakukan terhadap aksi demonstrasi damai di kamp Rabaa al-Adawiya dan Al-Nahda dan menewaskan sejumlah orang tak berdosa," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Qatar dalam pernyataan yang dirilis kantor berita resmi QNA.

Turki yang juga dekat dengan pemerintahan Moursi mendesak komunitas internasional untuk mengambil langkah cepat atas apa yang mereka sebut sebagai "tindakan yang tidak dapat diterima" itu.

"Komunitas internasional, terutama Dewan Keamanan PBB dan Liga Arab, harus bertindak cepat guna menghentikan `pembantaian` itu," kata pernyataan dari Kantor Perdana Menteri Turki.

Iran juga menyebut aksi tersebut sebagai sebuah "pembantaian".

"Iran terus mengikuti peristiwa pahit yang terjadi di Mesir dan tidak setuju atas aksi kekerasan yang dilakukan serta mengutuk pembantaian warga sipil dengan segala konsekuensinya," kata pihak kementerian luar negeri dalam pernyataan.

Tetapi Prancis, Jerman dan Italia menahan diri untuk menyalahkan pihak dalam krisis tersebut, mereka sepakat untuk mengajak kedua pihak tetap tenang.

"Kekerasan itu perlu dihentikan dan kedua pihak harus diliputi perasaan saling menahan diri," kata pernyataan Kementerian Luar Negeri Prancis.

Menteri Luar Negeri Italia Emma Bonino mengatakan dirinya sangat sedih atas kejadian di Mesir.

"Saya minta kepada mereka yang terlibat di Mesir untuk melakukan segala upaya untuk menghentikan kekerasan dan menghindari pertumpahan darah. Pihak angkatan bersenjata harus menahan diri," katanya. (*/ant)

0 comments:

Posting Komentar