AS Kian Bertekad Serbu Suriah

www.cnn.com

Amerika Serikat makin bertekad menyerang Suriah untuk menghukum rezim Bashar al-Assad yang dinilai brutal dan keji karena melakukan serangan senjata kimia. Washington mengaku punya data intelijen terbaru bahwa pelaku serangan ke beberapa kota di pinggiran Damaskus, 21 Agustus lalu, adalah tentara pemerintah.

Laporan intel setebal empat halaman tersebut menyebutkan 1.429 orang tewas, termasuk 426 anak-anak, akibat serangan di Ghouta timur, dekat Damaskus. Laporan itu juga merinci dari mana roket bermuatan senjata kimia diluncurkan. Roket ditembakkan dari daerah yang dikuasai rezim Assad dan diarahkan ke kawasan yang dikuasai oposisi. 

"Kita tidak bisa biarkan preman dan pembunuh seperti Bashar al-Assad bisa menggunakan gas beracun untuk membunuh warganya," kata Kerry, Jumat waktu setempat. Ia khawatir hal itu akan ditiru Iran, Hizbullah, dan Korea Utara.

Perlunya tindakan tegas terhadap Assad juga disampaikan Presiden Obama. "Kami tidak bisa menerima sebuah dunia di mana perempuan, anak-anak, dan warga sipil tak berdosa dibunuh dengan gas pada skala yang mengerikan," kata Obama dalam kesempatan terpisah. 

Obama belum membuat keputusan final tentang tindakan Amerika terhadap Suriah. Kalaupun ada aksi militer, itu akan dilakukan terbatas. Pernyataan ini ditafsirkan bahwa Amerika akan menyerang menggunakan roket jelajah tanpa mengirim pasukan darat. Amerika sudah menempatkan lima kapal induk yang diperkuat rudal Tomahawk di bagian timur Laut Mediterania.

Tanggapan langsung datang dari sekutu Suriah, Rusia. Presiden Vladimir Putin menantang Amerika membeberkan data intelijen mereka di PBB. Putin menyebut omong kosong jika rezim Assad dikatakan menggunakan senjata kimia. 

"Saya yakin itu (serangan kimia) tidak lebih dari provokasi oleh mereka yang ingin menyeret negara-negara lain dalam konflik Suriah," kata Putin di Vladivostok kemarin.

Inggris, sekutu dekat Amerika, tampaknya menjauh dari konflik ini. Parlemen negara itu, Kamis lalu, menolak ikut serta menyerang Suriah seperti yang digadang-gadang Perdana Menteri David Cameron. Sekutu Amerika yang mendukung adalah Prancis. 

Berbeda dengan Inggris, Amerika dan Prancis tak membutuhkan persetujuan senat atau parlemen untuk ikut menyerang. Meski demikian, jajak pendapat di kedua negara itu menunjukkan mayoritas masyarakatnya menolak pengiriman pasukan ke Suriah.

Jajak pendapat Reuters/Ipsos, akhir pekan lalu, mendapatkan hasil 53 persen responden berpendapat bahwa Amerika harus keluar dari polemik terkait Suriah. Dari survei yang sama, hanya 20 persen warga Amerika yang menyatakan negaranya harus segera bertindak tegas dalam konflik Suriah.

Keengganan juga disampaikan warga Prancis. Jajak pendapat BVA yang dilansir Le Parisien-Aujourd'hui en France menunjukkan 64 persen responden menentang aksi militer, 58 persen tidak percaya Presiden Francois Hollande akan melakukannya, dan 35 persen khawatir aksi militer akan memicu perang besar di Timur Tengah.

REUTERS | BBC | TMPO

0 comments:

Posting Komentar