The Face of Buddhist Terror: Mesin Pembunuh Berjubah Biksu


Sekelompok biksu Buddha paling berbahaya Myanmar, dipimpin Ashin Wirathu, Skuad 969 kini menjelma menjadi mesin pembunuh nomor satu muslim di negara itu.

Skuad 969 mengacu pada sembilan atribut Buddha, enam ajaran dasar, dan sembilan perintah monastik berkaitan dengan spiritual untuk tingkatan mencapai nirwana. Salah satu tugas mereka menghancurkan kekuatan asing yang ingin membinasakan Buddhisme dan kekuatan asing itu Islam.

Penyerangan dan penganiayaan terus terjadi menimpa warga minoritas Muslim di Myanmaar. Sedikitnya 200 Muslim tewas dan ratusan lainnya kehilangan tempat tinggal karena rumah mereka dibakar oleh warga Buddha yang merupakan mayoritas.

Banyak kalangan menilai kekerasan ini sebagai kesalahan seorang biksu yang kontroversial dan kelompk nasionalis yang ia dukung. Dialah yang bersama kelompoknya kerap menyulut warga untuk bertindak menyerangan kelompok Muslim, seperti yang menimpa warga Rohingnya, di Rakhine.

Sebagaimana diberitakan BBC, Biksu yang dimaksud adalah Ashin Wirathu atau sering juga disebut Shin Wirathu. Dialah yang dituding banyak kalangan sebagai biang kerok kerusuhan itu. Bahkan majalah terkemuka, Time, menjuluki sang biksu sebagai "wajah teror kaum Buddha" (the face of Buddhist terror).

Wirathu menyatakan kepada kaum Buddha bahwa negara Myanmar sedang diserang kaum penyusup Muslim. "Muslim hanya berbuat baik jika sedang lemah. Kalau mereka kuat, mereka akan seperti srigala; yang dalam kelompok banyak mereka memburu binatang lain," kata Wirathu.

Ia juga membuat kalkulasi bagaimana Muslim akan menguasai Myanmar dalam jangka panjang. Saat ini, diperkirakan Myanmar berpenduduk 60 juta orang dan 90% di antaranya adalah penganut Buddha dan sebanyak 5% merupakan warga Muslim.

"Dalam 50 tahun, kita akan berbelanja di toko milik Muslim dan mereka akan semakin kaya dan makmur dibandingkan kita sehingga bisa membeli dan menikahi perempuan-perempuan kami. Dengan cara itu, Muslim tidak hanya menghancurkan dan mempenetrasi negara kita, tetapi juga agama kita," tutur Wirathu.

Untuk mencegahnya Wirathu mendirikan organisasi berhaluan nasionalis dengan nama 969. Kelompok ini menyerukan untuk berbelanja, menjual properti dan menikah hanya dengan kaumnya, yakni kaum Buddha. Kelompok ini menempelkan stiker kecil di toko-toko yang menandakan toko itu milik warga Buddha.


Kelompok 969 dikenal sebagai kelompok yang defensif, dibentuk dengan dalih melindungi budaya dan identitas Buddha. Kelompok ini secara khusus menyerang Muslim.

"Di masa lalu, tidak ada diskriminasi berdasarkan agama dan ras. Kita tinggal berdampingan dengan rasa persaudaraan. Namun, ketika master plan mereka (Muslim) dibuka, kita tidak lagi bisa tinggal diam," kata Wirathu.

Dari ajaran sesat itulah banyak warga Buddha yang tersulut dan menyerang kaum Muslim.Pada Juni 2013, ketika gerakan kelompok itu semakin tak tertahankan, wajah Wirathu menghiasi halaman muka majalah Time dengan label, "The face of Buddhist terror".

Majalah tersebut kemudian dilarang beredar di Myanmar. Presiden juga mengeluarkan pernyataan yang membela Wirathu bahwa ia adalah "anak dari Buddha agung".

Banyak kalangan di Myanmar, bahkan kalangan biksu yang sependapat dengan majalah Time. Mereka juga menentang gerakan dan kelompok Wirathu. Salah satunya adalah Kaylar Sa, biksu yang pernah dipenjara karena terlibat dalam revolusi Saffron pada 2007. Ia mengatakan gerakan 969 adalah gerakan yang tidak ada gunanya.

Sambil menghisap rokok kegemarannya, merek Red Ruby, Kaylar menyatakan pendapatnya kepada BBC. 

"Saat ini, kami yakin bahwa gerakan 969 tidak ada gunanya. Jika gerakan ini dipandang serius, maka ini akan menjadi ganjalan bagi reformasi demokrasi di Myanmar," ujarnya.

BBC |

0 comments:

Posting Komentar