Inikah Akar Konflik SBY - Surya Paloh ?


Surya Paloh, yang kini menjabat Ketua Umum DPP Partai Nasdem, sempat ditawari jabatan menteri oleh Susilo Bambang Yudhoyono, saat maju sebagai calon presiden bersama wakilnya, Jusuf Kalla, pada Pemilu Presiden 2004.

Catatannya, Surya harus mengerahkan kekuatan jaringan medianya untuk mendukung SBY dan Partai Demokrat. Hal itu menjadi salah satu bagian cerita yang dimuat dalam buku biografi Surya Paloh berjudul 'Surya Paloh Sang Ideolog' yang ditulis oleh Usamah Hisyam.

"Semula SBY menawarkan jabatan Menteri Komunikasi dan Informatika, tapi Pak Surya tidak pernah ingin menduduki jabatan menteri. Sebagai komitmen untuk posisi SP ke depan, SBY akhirnya sepakat menjanjikan posisi Ketua Dewan Pertimbangan Presiden," kata Usamah.

Menurut dia, Surya hanya ingin agar Yudhoyono mau memperjuangkan gagasan restorasi nasional bila dia terpilih sebagai presiden. Surya memutuskan membantu SBY untuk memenangkan pilpres. Akan tetapi, ia tak mau membuat komitmen untuk mendapatkan posisi tersebut.

"Sebagai gantinya, Pak Surya pun hanya meminta, jika SBY terpilih, dia ingin SBY menjalankan program restorasi yang diusung Pak Surya. Selama SBY mau mengusung program restorasi, kita dukung beliau. Itulah yang diucapkan Pak Surya waktu itu," papar Hisyam.

"Itu sebabnya SP dan Media Group all out mendukung dan memenangkan SBY dalam Pilpres 2004," kata dia. Sayangnya, program restorasi dari Surya tidak pernah dijalankan.

"Salah satu komitmen restorasi, seperti pemberantasan korupsi, tidak dijalankan. Hanya 15 persen pemberantasan korupsi yang aktual pada era SBY, sisanya korupsi lama sebelum pemerintahan SBY," katanya.

Akan tetapi, ketika Yudhoyono terpilih menjadi presiden, Surya yang ketika itu menjabat sebagai Ketua Dewan Penasehat Partai Golkar, menerima telepon dari Menkopolkam Widodo AS yang menyampaikan pesan dari presiden.

Usamah mengatakan, ketika itu Widodo menyampaikan agar Surya sebaiknya fokus menjabat sebagai Ketua Dewan Penasehat Partai Golkar saja sehingga tidak perlu lagi memikirkan untuk menempati jabatan sebagai Ketua Dewan Pertimbangan Presiden.

Dalam buku tersebut juga menceritakan janji Presiden Yudhoyono lainnya yang tak pernah ditepati.

Menurut Usamah, presiden, atas nama Pemerintah Indonesia pernah berjanji untuk memberikan penghargaan bintang jasa kepada Surya sebagai penggerak civil society atas peranannya membantu dampak tsunami Aceh. Tetapi, menurut dia, janji tersebut tak pernah terwujud hingga kini.

Hisyam mengatakan, buku ini ditulisnya tanpa intervensi dan campur tangan dari pihak Surya Paloh. Keputusan menulis buku ini, menurutnya, merupakan inisiatif sendiri.

"Saat itu saya bilang ke Pak Surya, saya akan menulis buku ini, tapi tanpa intervensi. Beliau menyetujuinya," ujar Hisyam.

Menurut dia, buku setebal 488 halaman itu ditulis selama dua tahun sejak 2012 hingga Februari 2014. Buku yang terdiri dari 10 bab itu mengisahkan lika-liku perjalanan karir bisnis dan politik pria berjenggot lebat itu.

Dalam acara tersebut dihadiri banyak tokoh antara lain Presiden Direktur PT Panasonic Gobel Indonesia Rahmat Gobel, Ketua Umum Palang Merah Indonesia Jusuf Kalla, Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan, Sineas Garin Nugroho, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Menteri Perdagangan M. Lutfi, dan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi). (*antara/kompas)


0 comments:

Posting Komentar