Tangis Pecah - Asa Musnah, MH370 Berakhir di Samudera Hindia !


Air mata dan tangis dari kepedihan dan kehilangan yang tak terbendung, Senin 24 Maret 2014, begitu para keluarga penumpang MH370 mengetahui kabar bahwa: "orang-orang terkasih mereka telah tiada".'

Beberapa di antara mereka bersandar pada anggota keluarga mereka lainnya demi menguatkan diri begitu mereka meninggalkan ruangan ballroom sebuah hotel di Beijing.

Di mana diumumkan bahwa penerbangan Malaysia Airlines itu berakhir, tak diragukan lagi, di sebuah wilayah terpencil di selatan Samudera Hindia.

Sembari membawa tandu, paramedis bergegas memasuki ballrom Hotel Lido di Beijing di mana para keluarga dari 153 penumpang asal China dalam pesawat itu telah menunggu selama lebih dari dua pekan.

Bahkan ketika ada kemungkinan pesawat dibajak pun para keluarga masih mempunyai harapan bahwa orang-orang tercintanya di dalam pesawat itu masih hidup.

Tetapi setelah pengumuman dari Perdana Menteri Malaysia dan Malaysia Airlines itu, mereka kini menyadari tidak ada harapan bagi anggota keluarganya untuk hidup. Bahkan tak ada harapan sama sekali.

Beberapa dari mereka menghambur ke luar ruangan sembari menangis tak terkendali, dengan dipapah oleh anggota keluarga mereka lainnya, sedangkan yang lainnya tak henti menyeka tetes air mata dari matanya begitu mereka meninggalkan ruang pengumuman itu.

Yang lainnya hanya menutup wajahnya, menyembunyikan emosi mereka. Sementara di dalam ruangan ratapan duka bergema.

Sanak keluarga di hotel itu enggan untuk diajak berbicara, tapi salah seorang dari mereka berkata kepada AFP lewat telepon, "Kini kami sudah tidak mempunyai harapan lagi."

MH370 berakhir di Samudera Hindia

Perdana Menteri Malaysia Datuk Seri Najib Tun Razak,l Senin, 24 Maret, akhirnya menyatakan bahwa penerbangan Malaysia Airlines MH370 berakhir di Samudera Hindia.

Pesawat itu jatuh ribuan mil jauhnya di selatan Samudera Hindia dengan menewaskan semua dari 239 orang di dalamnya.

"MH370 telah terbang di sepanjang koridor selatan dan posisi terakhirnya adalah di Samudera Hindia, sebelah barat Perth (Australia)," kata Najib dalam jumpa pers di Malaysia.

"Itu adalah lokasi yang terpencil," sambung dia.

"Untuk itulah dengan sangat menyesal saya harus menginformasikan kepada Anda bahwa Penerbangan MH370 berakhir di selatan Samudera Hindia".

Menurut Sidney Morning Herald, pengumuman PM Malaysia ini disampaikan setelah data terbaru diterima perusahaan komunikasi satelit Inggris, Inmarsat, yang memuskilkan pesawat itu telah terbang ke koridor utara.

Satelit Inggris, Inmarsat, menggunakan sebuah fenomena gelombang yang ditemukan pada abad 19 untuk menganalisis tujuh "ping" yang diambil satelitnya dari Malaysia Airlines Penerbangan MH370 untuk menentukan destinasi terakhir pesawat ini.

Ping-ping yang secara otomatis terkirim setiap jam dari pesawat itu setelah semua sistem komunikasinya terhenti itu menunjukkan pesawat tersebut terus terbang selama berjam-jam setelah hilang dari jalur penerbangannya dari Kuala Lumpur menuju Beijing.

Berdasarkan waktu sinyal pesawat itu mencapai satelit dan sudut elevasinya, Inmarsat bisa memberikan dua busur (koridor), satu ke utara dan satunya lagi ke selatan yang mungkin diterbangi oleh pesawat tersebut.

Badan Investigasi Kecelakaan Udara Inggris (AAIB) juga terlibat dalam penganalisaan ini.

"Kami kemudian mengambil data yang kami punya dari pesawat itu dan memplot pesawat itu melawan kedua jalur di atas, dan pesawat itu diketahui mengikuti jalur selatan," kata Jonathan Sinnatt, kepala komunikasi perusahaan Inmarsat seperti dikutip Reuters.

Perusahaan ini kemudian membandingkan lintasan penerbangan teoritisnya dengan data yang diterima dari semua Boeing 777 yang diketahui telah menerbangi rute yang sama, kata dia, dan ternyata tepat sekali berpadanan.

Penemuan ini diteruskan kepada perusahaan satelit lainnya untuk diperiksa, kata dia, sebelum dirilis kepada para penyelidik hari Senin itu.

Kekurangan data --hanya ping-ping lemah yang diterima oleh sebuah satelit setiap jam-- membuat teknik-teknik seperti triangulasi dengan memanfaatkan sejumlah satelit atau GPS (Global Positioning System) tidak bisa digunakan untuk menentukan alur terbang pesawat itu.

Stephen Wood, CEO All Source Analysis, sebuah perusahaan analisis satelit, mengatakan para penyelidik sepertinya telah mempersempit area pencarian secara substansial. "Namun itu tetap area yang luas yang harus mereka cari," kata dia.

Insiden ini memacu untuk dilakukannya pengkajian kembali aturan-aturan penerbangan, khususnya yang berkaitan dengan peralatan komunikasi dan kemampuan mematikan transponder pesawat, tambah dia.

Namun terlalu dini untuk mengatakan apa yang akan diperlukan karena masih belum diketahuinya penyebab pesawat tersebut menyimpang dari jalur aslinya. (*ANT)

0 comments:

Posting Komentar