Siapa 2 Sosok ‘Penumpang Gelap’ Malaysia Airlines?


Semalam telah berlalu, namun keberadaan pesawat Malaysia Airlines Penerbangan MH370 belum juga diketahui. Burung besi Boeing 777-200 yang mengangkut 239 orang itu diduga berada di suatu titik di Laut China Selatan.

Namun, tak hanya posisi dan nasib para penumpang yang jadi teka-teki. Apa yang menyebabkan pesawat maskapai kebanggaan negeri jiran itu celaka, kini jadi misteri besar. Faktor teknis, kesalahan manusia, cuaca buruk, atau jangan-jangan terkait teror?

Ditambah lagi, aparat Amerika Serikat sedang meninjau kemungkinan keterkaitan teror dalam insiden tersebut. Demikian diungkap seorang pejabat penegak hukum Amerika Serikat kepada USA Today.

Aparat meninjau manifes penumpang dan mencocokkan nama-nama tersebut dengan kerabat dan kolega setelah penerbangan Malaysia Airlines rute Kuala Lumpur ke Beijing hilang kontak pada Sabtu dini hari pukul 02.40 waktu negeri jiran.

Pejabat AS itu --yang tak berwenang memberikan komentar ke publik -- mengatakan, masih diperlukan bukti tambahan terkait dugaan tersebut.

"Saat ini, kita belum bisa menyimpulkan bahwa ini adalah aksi teror," kata pejabat itu, seperti Liputan6.com kutip dari New York Times, Minggu (9/3/2014). "Meski fakta ada paspor yang dicuri sangat menarik, namun itu tidak memastikan bahwa benar ini aksi terorisme."

Spekulasi soal kaitan dengan teror juga merebak di China, demikian menurut sejumlah media lokal Tiongkok.

Kabar tersebut muncul setelah pejabat di Italia dan Australia mengatakan, 2 orang yang terdaftar sebagai penumpang, ternyata tidak berada dalam pesawat. Keduanya juga melapor bahwa paspor mereka dicuri di Thailand.

Pemerintah AS tak mengabaikan kemungkinan bahwa dua penumpang mungkin naik ke pesawat dengan paspor curian.

Namun, pejabat anonim tersebut menambahkan, pencurian paspor adalah masalah biasa di dunia.


Sebelumnya, kantor berita Italia, ANSA melaporkan, warga negaranya yang ada dalam manifes, Louis Maraldi, 37, asal Cesena, tak berada dan dalam pesawat dan menelepon orangtuanya bahwa ia selamat.

Maraldi melaporkan, paspornya dicuri pada 1 Agustus. Kementerian Luar Negeri Italia mengonfirmasi bahwa tak ada warganya yang ada dalam pesawat yang belum diketahui di mana rimbanya itu.

Pada saat bersamaan, juru bicara Kemenlu Austria, Martin Weiss mengatakan, bahwa nama yang terdaftar dalam manifes cocok dengan paspor Australia yang dicuri 2 tahun lalu: Christian Kozel (30).

Dugaan keterkaitan dengan teror pernah ditanyakan langsung ke Perdana Menteri Malaysia, Najib Razak. Ia menjawab, "Aparat tak mengabaikan semua kemungkinan".

Sementara, dalam konferensi pers Sabtu jelang dini hari di Beijing, juru bicara pihak maskapai mengatakan, tak ada indikasi pesawat yang hilang mengalami gagal fungsi atau malfungsi. "Kali terakhir kami memeriksa 10 hari lalu," kata Ignatius Ong. "Semua dalam kondisi baik."

Saat ditanya kemungkinan tentang bobolnya keamanan, hingga 2 penumpang yang diduga berpaspor palsu bisa naik ke pesawat, Ong mengatakan, belum ada konfirmasi dari pihak aparat Malaysia tentang orang yang diduga naik dengan paspor curian.

Tumpahan Genanggan Minyak


Temuan tumpahan minyak saat pencarian Malaysia Airlines di Vietnam (REUTERS/Trung Hieu/Thanh Nien Newspaper) 

Pencarian terhadap pesawat yang belum diketahui nasibnya masih terus dilakukan. Tanda pertama mungkin telah ditemukan.

Angkatan Udara Vietnam menjumpai dua genangan minyak besar di perairan antara Vietnam dan Malaysia.

Satu genangan selebar 10 kilometer, lainnya lebih besar yakni 15 kilometer. Meski demikian, belum ada konfirmasi bahwa itu terkait dengan pesawat Malaysia Airlines yang menghilang dari radar kurang dari sejam setelah lepas landas -- tanpa mengirim sinyal darurat.

Genangan minyak itu menjadi dasar pencarian, yang terus dilakukan di tengah gelap pada Sabtu malam hingga Minggu dini hari.

Hilangnya pesawat Penerbangan MH370 menjadi misterius karena diduga terjadi saat berada di ketinggian jelajah, bukan pada fase berbahaya -- saat lepas landas dan mendarat.

Hanya 9 persen dari kecelakaan fatal terjadi ketika pesawat berada pada ketinggian jelajah, itu menurut ringkasan statistik kecelakaan jet komersial yang dilakukan oleh Boeing.

CEO Malaysia Airlines, Ahmad Jauhari Yahya mengatakan, tak ada indikasi pilot mengirimkan sinyal marabahaya. Itu mungkin berarti bahwa apa pun masalah yang menimpa pesawat, terjadi begitu cepat, hingga kru tidak punya waktu untuk menyiarkan. Bahkan sinyal 'mayday' sekalipun.

"Tak adanya sinyal menunjukkan, sesuatu yang terjadi tiba-tiba dan sangat keras," kata William Waldock, pengajar bidang investigasi kecelakaan di Embry-Riddle Aeronautical University di Prescott, Arizona.

Penerbangan MH 370 meninggalkan Kuala Lumpur pada pukul 00.21 waktu setempat dan dijadwalkan mendarat di Beijing pada pukul 06.30 waktu Tiongkok.

Kontak terakhir dengan pengendali lalu lintas udara atau air traffic controllers dilakukan pada posisi 120 mil laut perairan timur Kota Bharu, Malaysia. (*lip6)


-

0 comments:

Posting Komentar