Mantan Kombatan GAM kembali Angkat Senjata


Munculnya kelompok bersenjata api pimpinan Nurdin bin Ismail Amat alias Abu Minimi yang mengaku sebagai mantan kombatan GAM dan siap melawan pemerintahan Aceh di bawah kepemimpinan Zaini Abdullah dan Muzakir Manaf.

Abu Minimi bersama kelompoknya mengaku siap melawan pemerintahan Aceh di bawah Zaini Abdullah dan Muzakir Manaf karena selama ini perdamaian yang sudah tercipta tak mampu melahirkan keadilan.

Wali Kota Langsa, Usman Abdullah yang juga mantan kombatan GAM mengaku bisa memahami tuntutan Abu Minimi, terutama menyangkut reintegrasi, tetapi caranya salah.

"Kita bisa pahami keluh kesah mereka. Namun perbuatan melawan hukum yang mereka lakukan tidak bisa ditolerir. Melampiaskan kemarahan pada pemerintah dengan cara berbuat kejahatan atau kriminal tidak akan menyelesaikan masalah. Justru sangat merugikan Aceh," katanya.

4 Tuntutan Abu Minimi

Tuntutan Abu Minimi ada benarnya terutama menyangkut reintegrasi yang belum selesai secara konferehensif. Begitu juga dengan UUPA yang sesuai MoU Helsinki.

"Kami juga siap melawan pemerintah Aceh dibawah kepemimpinan Zaini Abdullah dan Muzakir Manaf," ungkap pernyataan kelompok tersebut pada Metro TV, Kamis 9 Oktober 2014.

Selain itu, kelompok Abu Minimi juga menyampaikan berberapa tuntutan kepada pemerintahan sebagai berikut;

  1. Meminta agar proses reintegrasi kombatan dilakukan secara menyeluruh kepada seluruh kombatan bersenjata, maupun sipil GAM sesuai dengan MoU Helsinki.
  2. Miminta pimpinan GAM dan Pemerintah Aceh agar memberikan perhatian kepada korban konflik, serta merehabilitasi hak-hak korban konflik.
  3. Meminta agar Pemerintah Aceh dan Pemerintah RI segera merealisasikan butir-butir MoU Helsinki termasuk pembentukan Komisi Bersama Penyelesaian Klaim yang sedang digugat oleh YARA.
  4. Meminta kepada aparat kepolisian dan TNI untuk menghormati perjuangan mereka dalam menuntut keadilan dalam bingkai perdamaian yang telah ditandatangani di Helsinki.

"Coba lihat sekarang, pembangunan Aceh setelah MoU atau bagi hasil 70-30 persen antara Pemerintah Aceh dengan Pemerintah Pusat sama saja, masih banyak jalan desa yang hancur, rakyat terus makan debu, sedangkan yang kenyang adalah konco-konco pimpinan Aceh," tandas Nurdin bin Ismail Amat yang akrab disapa Abu Minimi.

Siapa Abu Minimi?

Abu Minimi
Tatapan matanya kosong, antara pasrah dan seperti menyimpan "beban" amat besar dalam hidupnya. Garis wajahnya tegas dan keras, dengan badan sintal berotot kencang.

Nurdin Ismail, alias Abu Minimi atau Din Minimi tergolong pria Aceh yang cukup tampan.

Sayang, jalan hidupnya sungguh berbeda dengan lelaki mapan, apalagi berkelas, yang kini bertaburan di negeri ini.

"Seingatku hanya satu yang pegang Minimi, di antara sekian banyak pengawal kami," ujar Imam Wahyudi, mantan jurnalis yang terlibat kuat saat pembebasan Ferry Santoro, kamerawan RCTI yang disandera kelompok Ishak Dawod, tahun 2003 lalu.

Saat itu, Imam cs dikawal pasukan Ishak Dawod untuk "dinaikkan ke gunung", karena proses perundingan pembebasan Ferry Santoro antara TNI dan GAM pimpinan Tgk Ishak Dawod nyaris dead lock.

Imam, yang kini anggota Dewan Pers, memastikan Nurdin Ismail bukan orang yang memegang minimi itu. Seorang jurnalis yang malang melintang saat koflik Aceh bergolak, khususnya di Aceh Timur dan Utara, Hotli Simajuntak, juga tak begitu hafal wajah Nurdin. 

"Tapi kayaknya wajah itu akrab sekali, macam kukenal," ujarnya.

Maklum saja, saat konflik, begitu banyak yang datang, dan pergi. Kecuali pimpinan teras, anggota pasukan sulit dikenali, kecuali ada "insiden" khusus, sehingga harus "bergaul lebih lama dari dugaan", seperti yang dialami tim jurnalis pembebas Ferry, di Aceh Timur, awal 2004 lalu.

Nurdin Ismail alias Din Abu Minimi, orang paling dicari polisi di Aceh Timur sejak tahun lalu, hingga saat ini. Dilahirkan di Desa Keude Buloh, Kecamatan Julok, Aceh Timur, dari pasangan Ismail-Sapiah.

Nurdin bergabung dengan GAM sejak Tahun 1997 di bawah pimpinan almarhum Tgk Kaha. Nurdin anak sulung empat bersaudara. Nasib membuat mereka berempat menjadi anggota GAM, masa konflik lalu.

Adiknya bernama Hamdani alias Sitong, tewas dalam pertempuran antara GAM dengan aparat tahun 2004. Adik ke tiganya, Mak Isa alias si Bukrak, hilang sejak konflik, dan hingga kini tidak diketahui hidup atau mati.

Dan terakhir adik bungsunya, Azhar, kini pengangguran dan berdomisili di Aceh Timur.

"Suara kencang" Din Minimi, yang bersikap keras terhadap pemerintahan di Aceh, yang kini dipimpin oleh orang yang semestinya dulu adalah pimpinan tinggi dan tertingginya, membuat banyak orang terperangah.

Ada yang mungkin sangat mengerti, namun pasti banyak yang sulit menerima, dengan alasan membuka luka lama, dan konflik yang begitu menakutkan, dengan damai yang kini begitu indah dan bermanfaat. Benarkah? 

Tergantung sisi pandang, "sisi menikmati" (menikmati nostalgia atau menikmati kemapanan saat ini), serta makna pesan dan cara "memakai cermin". Semua orang punya sisi kelam, tapi tak semua orang punya kesempatan untuk memperbaikinya, apalagi "menikmatinya".

(*harianaceh/serambi)

0 comments:

Posting Komentar