Demi Masjid Al-Aqsa, Para wanita Renta ini relakan Nyawa


Mereka tidak muda lagi, tapi rata-rata telah berusia di atas setengah abad.

Kamis (4/11), mereka berdemo di dekat Lions Gate untuk memprotes larangan wanita memasuki Masjid Al Aqsa, dan menyerukan Palestina melanjutkan serangan teror.

"Kami siap mati sebagai martir. Kami akan mengorbankan hidup kami demi Masjid Al Aqsa," teriak perempuan-perempuan itu..

Mereka juga mendesak Hamas menyelamatkan Masjid Al Aqsa dari bahaya pendudukan dan pengubahan situs suci ketiga umat Islam menjadi kuil Yahudi.

"Abu Obaida, juru bicara sayap militer Hamas, akan memotong kalian. Kalian tidak lebih babi dan anjing," ujar seorang pengunjuk rasa seraya menunjuk ke serdadu Isarel.

Ayida, salah satu penduduk Yerusalem Timur, mendesak Hamas melanjutkan teror sebagai respon terhadap penutupan masjid. Ayida ingin setiap orang berpikir dengan cara seperti itu.


Faten Diyab kerap berada di garis depan, setiap kali Palestina bergerak memprotes pedudukan Masjid Al Aqsa. Ia terluka empat kali, tapi tak pernah kapol melakukannya.

"Saya hanya ingin memasuki Masjid Al Aqsa," ujarnya. "Israel tidak pernah menghormati hak-hak kami."

Menurut Diyab, kaum perempuan akan terus berjuang, untuk memastikan Israel tidak memiliki Kotel di sini. "Kami hanya ingin memasuki Masjid Al Aqsa atau mati," ujarnya.

Kotel, atau Kotel ha-Ma'aravi, adalah Tembok Barat yang biasa disebut Tembok Ratapan, tempat orang Yahudi beribadah pada Hari Sabbat.


Demonstran lain mengatakan; "Setiap hari kita terluka oleh granat dan gas air mata. Kami datang ke masjid bukan untuk menyerang polisi, tapi berdoa. Israel takut kepada kami. Kami tidak takut kepada mereka."

Saat kecil, Diyab mengunjungi Masjid Al Aqsa tidak untuk shalat, tapi bermain. Menjelang dewasa, ia datang hanya untuk shalat, dan kini Masjid Al Aqsa adalah segalanya.

"Masjid ini bukan milik rakyat Palestina, tapi umat Islam di seluruh dunia," ujar Diyab.

Diyab yakin jika dirinya, dan ratusan wanita tua Palestina siap mati untuk Masjid Al Aqsa, jutaan -- atau mungkin semilyar Muslim di seluruh dunia -- juga siap melakukan hal serupa. (*ynet/inlah)

0 comments:

Posting Komentar