Sejarah Kenaikan BBM dari Soeharto hingga Jokowi



Isu terpanas dalam sejarah Indonesia adalah kenaikan BBM. Siapapun presidennya, saat BBM naik, maka kecaman sana sini akan dialamatkan kepadanya. Salah satu penyebab Soeharto jatuh diantaranya saat ia menaikan harga BBM.

Isu kenaikan harga BBM memang terkait dengan kondisi fiskal negara yang terus semakin digerogoti alokasi anggaran untuk subsidi BBM. Meski memang subsidi BBM sudah diakui tidak tepat sasaran lantaran juga dinikmati oleh masyarakat yang mampu atau orang kaya.

Kenaikan BBM sebenarnya sudah dilakukan sejak zaman pemerintahan Soekarno. Tercatat sejak 1967, Pemerintah telah menaikkan harga BBM sebanyak 28 kali dalam kurun waktu 41 tahun. Rata-rata setiap 1.5 tahun (18 bulan), pemerintah menaikkan harga BBM. Selama kurang setengah abad, pemerintah telah menaikkan harga BBM rata-rata 10.000 kali atau 1 juta persen lebih mahal dari tahun 1965.

Nah berikut ini, beberapa kenaikan BBM yang dilakukan pemerintah mulai dari zaman Soeharto, BJ Habibie, KH Abdurrahman Wahid, Megawati, hingga Susilo Bambang Yudhoyono.

Tahun 1980 (Soeharto)

Harga bensin saat itu murah sekali yaitu Rp 100. Ketika dinaikkan ke Rp 150 belum ada gejolak yang berarti. Sedangkan harga solar dari Rp 25 ke Rp 52,5. Sikap represif pemerintah orde baru membuat masyarakat tak bisa melakukan protes dengan kenaikan ini.

Tahun 1991 (Soeharto)

Setelah cukup lama di angka Rp 100, pemerintah kemudian menaikan harga bensin menjadi Rp 550 dan Solar dari Rp 52,5 ke Rp 550.

Namun saat itu kondisi ekonomi Indonesia sedang membaik dan pendapatan perkapita penduduk sudah lumayan.

Tak ada gejolak, meski pers tetap kritis dengan kenaikan ini karena mendongkrak kenaikan harga sembako. Beruntung karena operasi pasar yang dilakukan Badan Urusan Logistik (Bulog), gejolak di masyarakat tak terlalu terasa.

Tahun 1993 (Soeharto)

Dua tahun kemudian, pemerintah kembali menaikkan harga bensin menjadi Rp 700 dan solar menjadi Rp 380.

Lagi-lagi tak ada gejolak di masyarakat, namun sikap kritis sebagian kalangan terhadap kenaikan ini sudah mulai terdengar

Tahun 1998 (Soeharto)

Inilah awal mula posisi Soeharto digoyang sebagai presiden ketika pemerintah mengumumkan kenaikan bensin menjadi Rp 1.200 dan solar menjadi Rp 600.

Kebijakan ini menjadi penyebab Soeharto lengser dari kursi presiden yang dikuasainya selama lebih dari 32 tahun.

Tahun 1999-2000 (BJ Habibie-KH Abdurrahman Wahid)

Saat reformasi bergulir dan BJ Habibie mengantikan Soeharto, gejolak kenaikan BBM bisa diredam. Malah BJ Habibie dan Presiden Abdurrahman Wahid pernah menurunkan harga bensin dari Rp 1.200 ke Rp 1.150.

Tahun 2001 (KH Abdurrahman Wahid)

Belum setahun diturunkan, Presiden Abdurrahman Wahid kembali menaikan harga bensin menjadi Rp 1.450 dan solar Rp 900. Saat itu masih masa bulan madu reformasi, sehingga gejolak di masyarakat tak terlihat, meski demo menentang kenaikan BBM bermunculan di sejumlah daerah, termasuk di Makassar yang berujung rusuh.

Tahun 2002-2003

Abdurrahman Wahid lengser dan posisinya digantikan wakil presiden Megawati. Di zaman Megawati, bensin dinaikan menjadi Rp 1.550 dan solar Rp 1.550. Aksi demo menentang kenaikan BBM pun bermunculan di sejumlah daerah.

Belum setahun harga bensin kembali dinaikan oleh pemerintahan Megawati menjadi Rp 1.810 dan solar Rp 1.890. Gelombang demo kembali marak di sejumlah daerah, namun lama kelamaan masyarakat pun akhirnya menerima kenaikan tersebut.

Tahun 2004-2014

Selama dua periode, Susilo Bambang Yudhoyono seringkali menaikan harga BBM dan menurunkannya. Tercatat pada Maret tahun 2005, pemerintah menaikan harga bensin premium bersubsidi menjadi Rp 2.400, solar Rp 2.100, dan minyak tanah Rp 700.

Baru beberapa bulan, tepatnya Oktober 2005 pemerintah menaikan harga premium menjadi Rp 4.500, solar Rp 5.500 dan minyak tanah Rp 2.500.

Di periode kedua pemerintahannya, pada Mei 2008 SBY kembali menaikan premium menjadi Rp 6.000 dan solar Rp 5.500, minyak tanah Rp 2.500.

Namun pada 1 Desember 2008, premium turun menjadi Rp 5.500. Dan turun lagi, pada 15 Desember 2008 menjadi Rp 4.800 dan solar Rp 4.800. Setelah itu baru pada 15 Januari 2009, premium menjadi Rp 4.500 dan solar Rp 4.500. (*inilah)

0 comments:

Posting Komentar